UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Sistem Informasi
School of Information Systems
Laporan Karya Ilmiah Topik – Topik Lanjutan
Semester Genap 2014/2015
Penerapan DSS
Pada
Perusahaan
Herawati Hardi 1501189791
06 PJM
Abstrak
TUJUAN PENULISAN, ialah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi serta agar penulis agar penulis dapat mengetahui manfaat yang dihasilkan dengan diterapkannya sistem DSS pada perusahaan untuk dapat membantu manager dalam proses pengambilan keputusan dengan menganalisi setiap alternatif yang ada.
METODOLOGI PENELITIAN ,dilakukan dengan 2 cara yaitu studi pustaka dan studi jurnal. Studi pustaka yaitu dengan melakukan pengumpulan data dan informasi yang bersifat teoritis dari buku-buku referensi yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam karya ilmiah ini. Sedangkan studi jurnal dilakukan dengan mencari informasi – infirmasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas melalui jurnal – jurnal yang ditemukan.
HASIL YANG DICAPAI agar panulis maupun pembaca dapat mengetahui manfaat penerapan sistem DSS pada perusahaan untuk membantu para pengambil keputusan supaya dapat memikirkan dengan matang setai alternatifnya agar dapat berguna bagi perusahaan.
SIMPULAN Dari pembahasan mengenai Penerapan DSS dalam Perusahaan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa jenis DSS dan memang setiap perusahaan perlu menerapkan sistem DSS agar dapat menunjang setiap pengambilan keputusan agar lebih mudah.
Kata Kunci
DSS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini , dimana teknologi maupun bisnis berkembang dengan sangat cepat dan pesat telah membuat perusahaan berlomba – lomba untuk menciptakan strategi baru agar bisnis yang dijalankan dapat bersaing dengan para pesaingnya. Dimana untuk merancang strategi bisnis tersebut perlu adanya pengambilan keputusan – keputusan yang memiliki banyak pertimbangan yang dilakukan oleh para manajer. Untuk mempertimbangkan keputusan tersebut perlu dilakukan penyaringan informasi yang akurat agar dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi sangat diperlukan untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam perusahaan. Dimana sistem informasi memiliki tujuan untuk mendukung sebuah aplikasi Decision Support System (DSS) yang sudah dikembangkan sejak tahun 1970. Keefektifan dalam mengembangkan DSS memerlukan suatu pemahaman tentang bagaimana sistem informasi tersebut dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan di perusahaan, sehingga DSS ini dapat membantu dan memudahkan seorang manajer dalam meningkatkan performanya dalam mengambil suatu keputusan yang berguna bagi perusahaan.
Dengan adanya DSS, manager dengan mudah mengambil keputusan mana yang lebih berkualitas dengan melihat keadaan bisnis yang berjalan dalam perusahaan. DSS mampu mendukung berbagai manager pada level yang berbeda sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Untuk itu, perusahaan perlu menggunakan aplikasi DSS untuk menunjang manager dalam setiap pengambilan keputusan agar perusahaan dapat berkembang dan bersaing secara kompetitif dengan yang lainnnya.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas pada topik ini adalah :
1. Mengenal lebih jauh mengenai DSS dimulai dari komponen dalam DSS , jenis – jenis DSS , serta berbagai jenis representasi DSS .
2. Mengetahui fungsi dari Analytical Hierarcy Process (AHP)untuk memilih alternatif yang dianggap paling bereguna dalam pengambilan keputusan.
3. Mengetahui peran Sistem Manajemen Informasi (SIM) pada pengambilan keputusan.
4. Menjabarkan teori proses pengambilan keputusan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan bagi penulis
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah agar penulis dapat mengetahui manfaat yang dihasilkan dengan diterapkannya sistem DSS pada perusahaan untuk dapat membantu manager dalam proses pengambilan keputusan dengan menganalisi setiap alternatif yang ada.
1.3.2 Tujuan bagi pembaca
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini bagi pembaca yaitu agar pembaca dapat mengetahui definisi dari DSS itu sendiri serta mendapat pengetahuan tentang macam – macam komponen DSS serta jenis – jenis DSS itu sendiri sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang DSS.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai manfaat penerapan sistem DSS bagi perusahaan untuk membantu manager dalam pengambilan keputusan.
2. Memberikan informasi mengenai jenis – jenis DSS yang ada.
3. Memberikan penjelasan mengenai langkah – langkah dalam pengambilan keputusan.
4. Memberikan penjabaran mengenai peran Sistem Informasi Manajemen dalam pengambilan keputusan.
1.5 Metodologi
Metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah antara lain sebagai berikut :
A. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi yang bersifat teoritis dari buku-buku referensi yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam karya ilmiah ini.
B. Studi Jurnal
Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi – infirmasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas melalui jurnal – jurnal yang ditemukan.
1.6 Sistematika Penulisan
1.6.1 BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini adalah penjelasan mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metodologi dalam penulisan karya ilmiah ini, serta sistematika penulisan yang merupakan penjabaran secara garis besar mengenai isi dari karya ilmiah ini.
1.6.2 BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan topik yang dibahas pada karya ilmiah ini.
1.6.3 BAB 3 : PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijabarkan penjelasan mengenai manfaat jika diterapkannya sistem DSS pada perusahaan serta tahapan dalam pengambilan keputusan dan penjelasan mengenai AHP.
1.6.4 BAB 4 : PENUTUP
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan yang diperoleh serta saran yang diharapkandari topik penulisan karya ilmiah ini
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem
Suatu sistem sangat penting bagi perusahaan. Lalu apa sebenarnya pengertian dari sistem. Untuk menjelaskan pengertian sistem, berikut ini beberapa teori tentang sistem yang dikemukakan oleh para ahli.
Satzinger, Jackson, and Burd (2010, p.6), menyatakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dimana berfungsi bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Bentlay, Whitten (2010, p.6), menyatakan sebuah sistem merupakan sekelompok komponen-komponen yang saling berkaitan ( interrelated ) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dari beberapa definisi sistem tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Kumpulan elemen terdiri dari manusia, mesin, prosedur, dokumen, data, dan elemen lain yang terorganisir dari elemen-elemen tersebut.
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu :
1. Komponen(components). Komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa:
• Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia.
• Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O, dan memori, maka supra sistem perangkat keras adalah sistem komputer.
2. Batas sistem (boundary)
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3. Lingkungan luar sistem (environment)
Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung (interface)
Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu subsistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung.
5. Masukkan (input)
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input.
6. Keluaran (output)
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7. Pengolah (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.
8. Sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
2.2 Informasi
Informasi sangat mempengaruhi suatu sistem dalam perusahaan. Jika informasi yang didapat tidak tepat maka sistem akan menjadi tidak berguna dan tidak terpakai. Maka diperlukan mengetahui apa itu informasi dan bagaimana karakteristik informasi.
Rainer and Turban (2008, p.6) menjelaskan informasi mengacu pada data yang telah terorganisir sedemikian sehingga data-sata tersebut mempunyai maksud atau arti dan nilai kepada penerima.
Turban (2009, p. 415), informasi adalah data yang telah diatur sedemikian rupa, sehingga memiliki arti dan nilai bagi orang yang menerimanya.
Dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian ( event ) dan kesatuan nyata (fact and entity ) dan digunakan untuk mengambil keputusan, sedangkan sumber dari informasi adalah data, data merupakan fakta atau sesuatu yang terjadi saat tertentu.
2.3 Sistem Informasi
Dengan sistem informasi, masyarakat jadi lebih mudah untuk memperoleh informasi dengan cepat. Berikut pengertian menurut beberapa ahli.
Gelinas dan Dull (2008, p.13) menyebutkan sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari seperangkat alat komponen berbasis komputer yang terintegrasi dan komponen manual untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola data, dan menyediakan informasi kepada pengguna.
Dari pernyataan kedua pakar diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah pengelolaan informasi yang dikumpulkan, diproses, dan disimpan oleh seperangkat komponen yang akan digunakan oleh pengguna.
2.4 Data
Menurut (Hoffer, Prescott, & Topi, 2009, hal. 46), Data merupakan sejumlah event dan objek yang mempunyai arti yang penting bagi pengguna.
Menurut (O'Brien & Marakas, 2008, hal. 32), Data merupakan fakta atau penelitian mengenai kejadian atau data transaksi bisnis.Lebih khususnya lagi, data merupakan pengukuran objektif dari sebuah atribut (karakteristik) dari entitas seperti orang, tempat, benda ataupun kejadian.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa data merupakan sebuah fakta berupa kejadian, objek atau data transaksi bisnis yang mempunyai arti penting dalam organisasi.
2.5 Database
Menurut Thomas Conolly dan Carolyn Begg (2010, p65), database merupakan sekumpulan dari data logika yang saling berhubungan dan gambaran dari data tersebut, dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah organisasi. Database adalah sebuah tempat penyimpanan data yang memiliki kapasitas penyimpanan yang besar dimana dapat digunakan secara bersamaan oleh banyak departemen dan pengguna lainnya (user). Tujuan utama dari konsep database adalah meminimalkan pengulangan data dan tercapainya independensi data.
Model database relasional adalah sistem yang banyak digunakan karena struktur logikalnya yang sederhana. Pada model relasional
seluruh data disusun secara logikal dalam relasi-relasi atau tabel. Setiap relasi terdiri dari baris dan kolom. Dimana baris dari relasi disebut tuple atau setiap tuple (baris) memiliki satu nilai untuk setiap atribut dan kolom dari relasi diberi nama tertentu yang disebut atribut.
Database yang tabel-tabelnya saling terhubung dikatakan memiliki relasi. Karena tidak ada relasi yang memiliki dua tuple yang sama, maka setiap baris dapat didefinisikan dengan menggunakan primary key. Munculnya sebuah atribut dalam beberapa relasi dapat mempresentasikan hubungan antara tuple dari relasi tersebut.
Pengguna database dapat berupa orang atau program aplikasi. Orang biasanya mengambil data dan informasi dengan menggunakan query language. Query adalah permintaan informasi dari database dan query language adalah bahasa khusus yang user-friendly yang memungkinkan komputer menjawab query.
Pendekatan database adalah memisahkan struktur data dari program aplikasi dan menyimpannya dalam database. Database merupakan sistem penyimpanan record terkomputerisasi yang bertujuan untuk pemeliharaan informasi dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Teknologi database memperbolehkan sekumpulan data dengan berbagai tipe (teks, angka, gambar, suara, dan lain-lain) disimpan dalam komputer dan digunakan secara efisien tanpa adanya duplikasi oleh aplikasi yang berhubungan.
Menurut Jeffrey L. Whitten, Lonnie D. Bentley, dan Kevin C. Dittman (2004, p518), Database adalah kumpulan file yang saling terkait. Database tidak hanya merupakan kumpulan file, tetapi record pada setiap file harus memperbolehkan hubungan-hubungan untuk menyimpan file-file lain. Contohnya, database SALES mungkin terdiri dari record order yang “terhubung” ke record CUSTOMER dan record PRODUCT yang terkait.
2.6 Decision Support System (DSS)
Decision Support System adalah sebuah sistem informasi yang bersifat interaktif dan bertindak sebagai sistem penyokong dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang didasari oleh informasi. (Krishnamuti, 2008, p85)
Dalam merancang DSS dibutuhkan sebuah diagram sebagai dasar pengambilan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang sering disebut dengan Influence Diagram. Influence Diagram adalah sebuah alat bantu untuk mengeksplorasi rantai pohon kejadian, keadaan sistem, dan ketidakpastian ragam tipe yang bisa muncul dalam sebuah diagram. Ketidakpastian dalam influence diagram dapat dicapai dengan membuat pohon kejadian yang kompatibel dengan analisa diagram. (Hartford, 2004, p193)
Sumber : Hartford, 2004
Influence Diagram
Dasar dari DSS merupakan sebuah data dari database yang akan digunakan dalam proses analisa hubungan antar variabel yang ada. DSS akan melakukan proses dengan model analisa yang interaktif yang akan digunakan untuk melihat beberapa skenario kemungkinan yang akan terjadi.
Model analisa DSS dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
• What-If Analysis
Analisa untuk mengobservasi efek dari mengubah satu variabel terhadap variabel lain.
• Sensitivity Analysis
Analisa untuk mengobservasi perubahan yang terjadi berulang kali terhadap satu variabel dan dampaknya ke variabel lain.
• Goal-Seeking Analysis
Analisa untuk mencapai hasil yang ditentukan dengan mengubah variabel yang ada.
• Optimization Analysis
Analisa untuk mencari nilai optimal dari variabel yang dipilih dengan batasan yang sudah ditentukan.
(O'Brien, James A., 2010)
2.7 Komponen Decision Support System
Secara garis besar, DSS dibangun oleh tiga komponen besar, yaitu (Druzdzel & Flynn, 2002):
• Database Management System (DBMS)
DBMS dipergunakan sebagai bank dari seluruh data yang akan digunakan. Seluruh data yang memiliki kuantitas besar dan relevan dalam hal yang berkaitan dengan DSS.
• Model-base Management System (MBMS)
Suatu model yang mempresentasikan permasalahan ke dalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya tujuan dari permasalahan, komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada, dan hal terkait lainnya.
• Dialog Generation and Management System (DGMS)
Dibutuhkan wawasan yang lebih mendalam untuk memahami interaksi antara DBMS dengan DSS. Dikarenakan ada saja manajer yang tidak memahami atau menguasai komputer secara mendalam. DSS harus didukung dengan penampilan antarmuka aplikasi yang mudah digunakan. Antarmuka ini harus dapat memberikan penjelasan tentang pengolahan data dan dapat memberikan pengembangan terhadap wawasan mengenai DSS. Yang terpenting dari antarmuka adalah membuat pengguna dapat memanfaatkan DSS dan mendapatkan keuntungan dalam penggunaan DSS.
2.8 Karakteristik dan Kapabilitas DSS
Karakteristik dan kapabilitas DSS (Efraim Turban, 2005):
1. Membantu mengambil keputusan, baik dalam kondisi semi-terstruktur maupun tidak terstruktur.
2. Mendukung manajer di semua lapisan.
3. Mendukung penggunaan secara individu maupun kelompok.
4. Menyediakan keputusan yang bersifat interdependent, ataupun sequential
5. Mendukung 4 fase proses pengambilan keputusan.
6. Mendukung berbagai proses pengambilan keputusan.
7. Fleksibel dan mudah diadaptasikan.
8. Mudah dan interaktif dalam penggunaannya.
9. Meningkatkan keefektifan dalam pengambilan keputusan (accuracy, quality,timeline)
10. Pengambil keputusan memiliki kendali sepenuhnya dalam mengambil keputusan. DSS hanya memberikan saran, bukan keputusan mutlak.
11. Pengguna DSS dapat mengubah dan membangun sistem sederhana sesuai dengan keinginannya.
12. DSS secara umum digunakan sebagai model untuk menganalisa keputusan yang akan diambil.
13. DSS dapat menyediakan akses ke berbagai sumber data, format data, dan tipe data.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Decision Support System
DSS adalah salah satu bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem yang berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan). Sistem informasi sangat diperlukan dalam mendukung proses pengambilan keputusan . Dimana sistem informasi memiliki tujuan yaitu untuk mendukung sebuah aplikasi yaitu Decision Support System (DSS) yang telah dikembangkan sejak tahun 1970. Keefektifan dan keakuratan dalam mengembangkan DSS tersebut memerlukan suatu pemahaman tentang bagaimana sistem informasi tersebut dapat digunakan dalam mendukung proses pengambilan keputusan, sehingga DSS dapat membantu seorang manajer dalam meningkatkan performanya dalam mengambil suatu keputusan yang berguna bagi kelangsungan perusahaan.
Hal yang wajib ditekankan di sini yaitu bahwa dengan adanya DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas seorang manajer, tetapi hanya untuk menjadi sarana penunjang (tools) bagi mereka yang membutuhkan. DSS sebenarnya merupakan sebuah implementasi teori-teori dalam pengambilan keputusan yang sudah diperkenalkan dalam ilmu-ilmu seperti operation research dan management science. Hanya yang berbeda adalah jika dahulu ini dimanfaatkan untuk mencari solusi yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya hanya digunakan untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum), sekarang ini komputer PC telah memberikan penawaran dengan kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang relatif sama dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam kedua bidang ilmu tersebut, dikenal beberapa istilah yaitu seperti decision modeling, decision theory, dan decision analysis yang pada hakekatnya yaitu untuk merepresentasikan permasalahan yang ada dan manajemen yang dihadapi setiap saat ke dalam bentuk kuantitatif (misalnya dalam bentuk pemodelan matematika).
3.2 Jenis - Jenis Decision Support System
1. DSS model pasif yaitu model DSS yang hanya digunakan untuk mengumpulkan data dan mengorganisirnya secara efektif, biasanya model ini tidak memberikan suatu keputusan secara khusus, dan model ini hanya menampilkan datanya saja. Suatu DSS model aktif pada kenyataannya benar-benar dapat memproses data dan secara detail menunjukkan berbagai alternatif solusi berdasarkan pada data tersebut.
2. DSS model aktif berbeda dari model pasif karena digunakan dalam memproses data dan secara eksplisit menunjukkan solusi di dasarkan pada data yang didapat, meskipun harus diketahui bahwa intervensi manusia kepada data tidak dapat diingkari lagi. Misalnya, data yang tidak berguna atau data sampah, pasti akan menghasilkan output yang kotor juga (garbage in garbage out).
3. DSS bersifat kooperatif jika data tersebut dikumpulkan, dianalisis lalu diberikan kepada seseorang yang membantu sistem untuk merevisi atau memperbaikinya.
4. Model Driven DSS yaitu suatu tipe DSS dimana para pengambil keputusan tersebut memakai simulasi statistik atau model-model keuangan untuk menghasilkan suatu jalan keluar atau strategi tanpa harusdengan detail mengumpulkan data.
5. Communication Driven DSS yaitu suatu tipe DSS yang lebih banyak digabungkan dengan metode atau aplikasi lain, untuk mendapatkan beberapa rangkaian keputusan, solusi serta strategi.
6. Data Driven DSS lebih menekankan pada pengumpulan data yang kemudian dapat dimanipulasi agar cocok dengan kebutuhan seorang pengambil keputusan, terdiri dari data internal atau data eksternal dan memiliki berbagai jenis format. Sangat diperlukan bahwa data dikumpulkan serta digolongkan dengan cara sekuensial, contohnya data penjualan bulanan, anggaran operasional dari satu masa ke masa lainnya, persediaan pada tahun – tahun yang sebelumnya, dsb.
7. Document Driven DSS menggunakan berbagai macam dokumen dalam bermacam bentuk sebagai contoh yaitu dokumen teks, excel, serta database record, untuk mendapatkan keputusan serta strategi dari manipulasi data.
8. Knowledge Driven DSS merupakan tipe DSS yang memakai aturan-aturan tertentu yang tersimpan dalam komputer, yang dimana digunakan seseorang untuk menentukan apakah keputusan tersebut harus diambil. Misalnya, batasan penghentian pada perdagangan bursa adalah contoh suatu model knowledge driven DSS.
3.3 Manfaat Penggunaan Decision Support System
1. DSS menyediakan dukungan bagi para pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur serta tak terstruktur dengan menggabungkan pertimbangan manusia serta informasi yang terkomputerisasi. Berbagai masalah tidak dapat terselesaikan (atau tidak dapat diselesaikan sesuai yang diinginkan) oleh sistem terkomputerisasi lain, seperti EDP atau MIS, tidak juga menggunakan metode atau tool kuantitatif standar.
2. Dukungan telah disediakan untuk berbagai level manajerial yang berbeda tingkatannya, mulai dari pimpinan paling puncak sampai manajer di lapangan.
3. Dukungan telah disediakan bagi individu dan juga bagi kelompok tertentu. Berbagai persoalan organisasional melibatkan pengambil keputusan dari orang tersebut di dalam grup. Untuk suatu masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari bagian dan level organisasi yang berbeda - beda.
4. DSS menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan satu sama lain.
5. DSS mendukung berbagai langkah proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation.
6. DSS mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan cara yang berbeda-beda; ada keselarasan diantara DSS dan atribut pengambil keputusan secara individual.
7. DSS selalu dapat beradaptasi sepanjang waktu. Pengambil keputusan harus selalu reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi dengan sigap dan beradaptasi untuk membuat DSS agar selalu dapat menangani perubahan yang ada. DSS merupakan sesuatu yang fleksibel, sehingga user dapat dengan mudah menambahkan, mengurangi, menggabungkan, merubah, atau mengatur kembal berbagai elemen-elemen dasar (dengan cara menyediakan respon yang cepat pada situasi yang tidak diharapkan). Kemampuan tersebut memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat.
8. DSS sangat mudah untuk digunakan. User harus selalu merasa nyaman dengan sistem ini. User-friendliness, fleksibilitas, dukungan grafis yang sangat baik, dan bahasa interface yang sesuai dengan bahasa manusia yang dapat meningkatkan efektivitas DSS. Kemudahan pemakaian ini diiimplikasikan pada mode yang sangat interaktif.
9. DSS sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dari suatu pengambilan keputusan (keakuratan, waktu, serta kualitas), dibandingkan dengan efisiensi yang dapat diperoleh (biaya untuk membuat keputusan, termasuk biaya dalam penggunaan komputer).
10. Para pengambil keputusan mempunyai kendali secara menyeluruh terhadap semua proses pengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah tersebut. DSS secara khusus disajikan untuk mendukung tanpa menggantikan pengambil keputusan. Para pengambil keputusan dapat menindaklanjuti rekomendasi komputer sembarang waktu dalam suatu proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.
11. DSS lebih mengarah pada konsep pembelajaran, yaitu merujuk kepada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem tertentu, yang mengarah pada pembelajaran selebihnya, dan begitu seterusnya dalam proses pengembangan dan peningkatan DSS secara berkelanjutan.
12. User harus dapat menyusun sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dirancang dalam organisasi user dengan melibatkan beberapa bantuan dari spesialis dalam bidang Information Systems (IS).
13. DSS biasanya mendayagunakan berbagai model (yang standar ataupun sesuai keinginan user) dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan dalam pemodelan ini yaitu menjadikan percobaan yang dilakukan pada berbagai pengaturan yang berbeda. Berbagai cara tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan serta pembelajaran yang baru.
14. DSS dalam tingkat selanjutnya dapat dilengkapi dengan komponen pengetahuan yang dapat memberikan pemecahan masalah yang efektif dan efisien dari berbagai persoalan yang rumit.
3.4 Macam – Macam Representasi DSS
• Time Series Charts - untuk mengetahui dampak dari sebuah variabel terhadap waktu;
• Bar Charts - untuk memperbandingkan performa beberapa entiti;
• Pie Charts - untuk mengamati komposisi atau persentase suatu hal tertentu;
• Scattered Diagrams - untuk menganalisis hubungan antar beberapa variabel tertentu;
• Maps - untuk menyajikan data secara geografis;
• Layouts - untuk mengilustrasikan lokasi barang secara fisik, seperti pada bangunan atau kantor;
• Hierarchy Charts - untuk menggambarkan suatu struktur organisasi perusahaan;
• Sequence Charts - untuk menggambarkan sesuatu hal dengan logika yang terstruktur (contohnya yaitu diagram flowchart); dan
• Motion Graphics - untuk meyajikan perilaku dari variabel yang diamati dengan menggunakan animasi.
3.5 Jenis Leporan DSS
1.Laporan secara berkala dan khusus
Laporan berkala atau yang disebut periodic report yaitu laporan yang dirancang menurut jadwal tertentu contohnya yaitu analisis penjualan terhadap pelanggan perbulannya dan laporan khusus atauyang dikenal dengan special report yaitu laporan yang di keluarkan ketika laporan tersebut dibuat ketika sesuatu yang tidak seperti biasanya terjadiatau jarang terjadi. Contohnya laporan mengenai bencana alam. Dalam segi penggunaannya laporan berkala dan khusus bersifat lengkap atau bisa juga dilaporkan secara ringkas.
2. Laporan lengkap dan ringkas
Laporan lengkap atau yang lebih dikenal dengan detail report yaitu laporan yang memberikan spesifikasi mengenai setiap aksi atau transaksi serta baris yang mewakili aksi atau transaksi disebut detail line sedangkan laporan ringkas atau yang dikenal dengan summary report yaitu laporan yang menyertakan baris yang mewakili beberapa aksi atau transaksi saja. Baris laporan biasanya di print dalam beberapa urutan – urutan tertentu, filed yang berada dalam rekaman data, yang sering disebut key filed atau control filed digunakan untuk mengurutkan rekaman sebelum laporan tersebut siap dicetak. Yang paling sering digunakan yaitu Ascending sequence (urutan naik) disini nilai filed control terendah (no pelanggan 0001 atau nama Hendri) didaftar pertama kali, dan nilai tertinggi (no 10000 atau Abdul) di daftar yang paling akhir.
3.6 Analytical Hierarcy Process (AHP)
Proses analisis bertingkat (analytical hierarcy process – AHP) adalah metode yang mengurutkan beberapa alternatif keputusan pemecahan masalah dan memilih alternatif mana yang dianggap terbaik dengan cara menghitung nilai angka untuk memberikan peringkat – peringkat pada setiap alternative tersebut berdasarkan sejauh mana alternatif tersebut dapat memenuhi kriteria pembuatan keputusan dan menetapkan preferensi pada tiap tingkatan hirarki yang ada.
Untuk menentukan nilai setiap alternatif yang ada pada AHP pengambilan keputusan, perlu digunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pada perbandingan berpasangan ini, para pembuat keputusan membandingkan dua alternatif yang berbeda satu sama lain (yaitu sepasang) berdasarkan suatu persyaratan tertentu dan mengidentifikasi suatu preferensi tersebut. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi (preference scale), yang memberikan berupa angka numerik untuk setiap tingkat preferensi tersebut.
Standar skala preferensi yang digunakan AHP, seperti terlihat pada tabel dibawah, telah digunakan oleh para peneliti yang berpengalaman di bidang AHP ini untuk digunakan sebagai landasan teori dalam membandingkan dua alternative tersebut. Seiap tingkatan pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua alternatif.
Metode Analytical Hierarchy Process yang telah dikembangkan pada tahun 1970 oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of Pittsburg, Amerika. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya berupa persepsi manusia. Dengan metode AHP ini memungkinkan kita untuk mengambil keputusan secara efektif terhadap persoalan yang kompleks dan rumit di mana faktor logika, intuisi, pengalaman, kemampuan, data, emosi, dan rasa dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis.
Pada dasarnya, metode AHP ini membagi - bagikan suatu situasi yang kompleks atau rumit dan tidak terstruktur ke dalam bagiannya masing - masing, lalu menata bagian-bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, kemudian diberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel mana yang memiliki prioritas paling tertinggi.
AHP mempunyai tujuan untuk menstrukturkan masalah secara hierarkis agar para pembuat keputusan lebih dapat memahami persoalan yang sebenarnya terjadi , mulai dari persoalan yang besar sampai yang kecil, ataupun dari yang umum sampai yang khusus. AHP berperan sebagai alat bantu analisis bukan mencari kebenaran, karena kebenaran itu relatif sifatnya.
3.7 Prinsip-prinsip Dasar AHP
Prinsip-prinsip dasar AHP merupakan prinsip-prinsip yang berpikir secara analitis, yaitu prinsip yang dimana berdasarkan pada logika manusia dalam menganalisis dan memecahkan sesuatu persoalan yang dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip perbedaan hirarki
Penyusunan tingkatan permasalahan merupakan langkah awal untuk mendefinisikan suatu masalah yang rumit dan kompleks sehingga menjadi lebih jelas dan lebih detail. Hirarki suatu keputusan yang disusun berdasarkan pada beberapa pandangan beberapa pihak yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. Keputusan yang diambil tersebut dijadikan sebagai pedoman utama yang dijabarkan menjadi elemen-elemen yang lebih rinci sehingga mencapai suatu tahapan yang paling operasional serta terukur.
2. Prinsip pemenuhan dalam prioritas
Prioritas didalam elemen-elemen kriteria yang dapat dilihat sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut didalam tujuan pengambilan keputusan. AHP melakukan analisis prioritas dengan memakai metode perbandingan berpasangan antara dua elemen yang telah ditentukan sehingga semua elemen yang ada sudah tercakup. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan yang telah dikemukakan para ahli dan pihak-pihak yang berkepentingan didalam pengambilan keputusan.
3. Prinsip konsistensi logika
Ketetepan jawaban para perespon dalam menentukan prioritas elemen adalah prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil dari pengambilan keputusan. Sebagian besar, responden harus memiliki konsistensi dalam melakukan perbandingan tersebut, misalnya: jika B>C dan C>D maka secara logis responden harus menyatakan B>D.
3.8 Penyusunan Struktur Hirarki Keputusan
Hirarki keputusan dengan input utama berupa persepsi manusia merupakan peralatan yang paling utama didalam AHP. Dengan mengunakan hirarki, suatu masalah rumit dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam bagian - bagiannya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Penjabaran tujuan dapat terus dilakukan hingga menjadi subtujuan, kriteria, dan alternatif-alternatif pada hirarki terendah. Alternatif-alternatif ini kemudian akan dievaluasi pada akhirnya. Alternatif ini merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama dan pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria tersebut akan diukur.
Kriteria yang dibentuk harus sesuai dengan tujuan permasalahan dan harus mempunyai sifat-sifat:
1. Minimum
Jumlah kriteria yang akan diajukan nanti harus optimal untuk mempermudah proses analisis alternatif.
2. Independen
Setiap kriteria yang akan diajukan tidak boleh saling tumpah tindih (overlap) dan harus dihindari pengulangan kriteria untuk maksud yang sama.
3. Lengkap
Kriteria harus mencakup semua aspek penting yang berhubungan dengan persoalan.
4. Operasional
Kriteria harus dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Didalam menyusun dan membuat suatu hirarki tidak ada patokan penting yang harus diikuti. Namun, ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pada saat penjabaran tujuan dalam sub-tujuan kita harus memperhatikan apakah setiap aspek di dalam tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut.
2. Meskipun syarat pertama telah terpenuhi, kita perlu menghindarkan terjadinya pembagian yang terlalu banyak, baik di dalam arah lateral maupun vertikal.
3. Untuk mengatasi hal tersebut maka sebelum menetapkan suatu tujuan untuk dijabarkan atas hirarki tujuan yang lebih rendah, kita harus melakukan tes kepentingan: ”Apakah suatu tindakan/hasil yang terbaik dapat diperoleh bila tujuan tersebut tidak harus dimasukkan?”
Adakalanya meskipun telah berusaha menjabarkan tujuan menjadi sespesifik mungkin, tetap tidak dapat ditentukan persyaratan untuk beberapa tujuan. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan kriteria proxy, yaitu kriteria yang diperkirakan dan disepakati untuk bisa mencerminkan tingkat pencapaian secara langsung.
3.9 Jenis – Jenis Keputusan
Setiap tingkatan tertentu dalam perusahaan mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda – beda untuk membantu mengambil keputusan yang tepat dan tanggung jawab atas setiap jenis-jenis keputusan yang berbeda - beda. Keputusan dikategorikan sebagai keputusan terstruktur, semiterstruktur, serta tidak terstruktur.
1) Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang dimana pengambilan keputusannya harus selalu memberikan penilaian, pengevaluasian, dan pemahaman untuk memecahkan masalah tersebut. Setiap keputusan yang diambil adalah baru, penting, serta tidak rutin, dan tidak ada pengertian yang dipahami dengan benar atau persyaratan yang disetujui bersama dalam pengambilannya.
2) Keputusan terstruktur (structured decision), bersifat berulang dan rutin, serta melibatkan persyaratan yang jelas dalam mengatasinya, sehingga tidak perlu diperlakukan seakan-akan masih baru. Banyak keputusan yang memiliki elemen-elemen dari kedua jenis keputusan tersebut.
3) keputusan semistruktur (semistructured decision), yaitu hanya sebagian masalah tersebut mempunyai jawaban yang jelas tersedia dengan persyaratan yang disetujui secara bersama. Secara umum, keputusan terstruktur lebih banyak dijumpai pada organisasi tingkat rendah, sedangkan masalah yang tidak terstruktur lebih sering dijumpai pada tingkat yang lebih tinggi.
Eksekutif senior menghadapi berbagai macam situasi keputusan yang tidak terstruktur, seperti merancang target perusahaan untuk lima atau sepuluh tahun ke depan, atau menentukan kapan sebaiknya harus memasuki pasar yang baru. Dalam menjawab “Apakah sebaiknya kita harus sudah memasuki pasar yang baru?” dibutuhkan akses dalam berita, laporan pemerintah, serta data yang lainnya.
3.10 Tahapan Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahapan yaitu :
1. Tahapan Intelligence
Pada tahap ini seorang pengambil keputusan mempelajari tentang kenyataan yang sering terjadi di lingkungan perusahaan sehingga dapat mengidentifikasi dan mendefinisikan persoalan yang sedang terjadi, sehingga biasanya dilakukan analisis secara berurutan dari sistem ke subsistem pembentuknya. Dengan dilakukannya tahapan ini didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah.Proses yang ada dalam tahap ini terdiri atas menemukan, mengidentifikasikan, mengerti masalah yang terjadi pada organisasi tersebut , mengapa masalah tersebut terjadi, dimana, dan akibat yang dialami perusahaan.
2. Tahapan Design
Dalam tahapan ini para pengambil keputusan menentukankan, mengembangkan dan menganalisis semua pemecahan masalah yang mungkin dilakukan yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan output berupa dokumen alternatif solusi.
3. Tahapan Choice
Dalam tahapan ini beberapa pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang dibuat pada tahap desain sebelumnya yang dilihat sebagai tindakan yang paling tepat untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi perusahaan. Dari tahap ini menghasilkan keluaran berupa dokumen solusi serta rencana implementasi.
4. Tahapan Implementation
Dalam tahapan ini pengambil keputusan melaksanakan serangkaian aksi pemecahan yang dipilih pada tahapan choice. Implementasi yang berhasil ditandai dengan terpecahkannya masalah yang sedang dihadapi, sementara kegagalan ditandai oleh tetap adanya beberapa masalah yang belum terselesaikan. Dari tahap ini didapatkan output yaitu laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya. Tahapan ini terdiri dari membuat alternatif yang dipilih yang dapat bekerja, dan tetap mengawasi seberapa berhasilnya kerja solusi tersebut.
3.11 Peran Sistem Manajemen Informasi (SIM) Pada Pengambilan Keputusan
Dukungan sistem informasi manajemen dalam pembuatan keputusan pada suatu organisasi dapat diuraikan melalui tiga tahapan proses pembuatan keputusan, yaitu pemahaman, perancangan , dan pemilihan (choice). Dukungan sistem informasi manajemen biasanya melibatkan pengolahan, file komputer ataupun non komputer.
1. Didalam tahap pemahaman keterkaitannya dengan SIM adalah dalam proses penyelidikan yang meliputi pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya maupun dengan carayang lebih khusus. SIM harus dengan baik memberikan kedua cara ini. Sistem Informasi sendiri harus meneliti dengan seksama semua data serta mengajukan permintaan untuk diuji mengenai situasi-situasi yang lebih jelas dan menuntut perhatian tertentu. Baik SIM maupun organisasi harus menyediakan sarana komunikasi untuk persoalan yang diketahui dengan jelas agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga persoalan - persoalan tersebut dapat ditangani. Dalam tahap ini juga perlu ditetapkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Dukungan SIM memerlukan suatu database dengan data masyarakat, pesaing dan intern ditambah dengan metode untuk penelusuran dan penemuan masalah-masalah tertentu.
2. Didalam tahap perancangan (design), hubungannya dengan SIM adalah membuat model-model keputusan untuk dikelola berdasarkan data yang telah ada serta menemukan pemecahan-pemecahan alternatif. Model-model yang telah tersedia harus membantu menganalisis alternatif-altematif yang ada. Dukungan SIM terdiri dari perangkat lunak statistik serta perangkat lunak pembuatan model yang lainnya. Hal ini lebih melibatkan pendekatan terstruktur, memanipulasi model, dan sistem pencarian database.
3. Pada tahap pemilihan (choice), SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan direpresentasikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan itu. Apabila sudah dilakukan pemilihan, maka peranan SIM dapat berubah menjadi pengumpulan data untuk feed back dan penilaian. Dukungan SIM pada tahap pemilihan yaitu memilih berbagai model keputusan dengan melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas) serta menentukan persyaratan pemilihan.
4. Dukungan SIM untuk pengambilan keputusan terdiri dari suatu database yang lengkap, kemampuan pencarian ulang database, perangkat lunak statistik dan analitik lainnya, serta suatu dasar model yang didalamnya berisi perangkat lunak pembuatan model-model keputusan tertentu. Pada dasarnya peran SIM tersebut pada proses pemahaman yang menyangkut penelitian terhadap lingkungan untuk situasi - situasi yang memerlukan keputusan yangh tepat. Istilah pemahaman disini mempunyai arti yang sama dengan pengenalan setiap masalah. Kemudian pada proses perancangan begitu juga pada proses pemilihan. Seringkali orang menyatakan bahwa komputer akan dapat mengambil keputusan sendiri, ini merupakan suatu pernyataan yang salah dimengerti dan tidak mengetahui secara benar letak peranan komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan. Keputusan yang baik sebenarnya hanya dapat diambil atau dilakukan oleh seorang manusia. Oleh karena itu, manusia / user pengambil keputusan harus selalu menjadi bagian dari suatu pemilihan keputusan.
3.12 Teori Pengambilan Keputusan
Teori didalam pengambilan keputusan menjelaskan bahwa terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Identifikasi permasalahan yang sedang dihadapi; Ada penjelasan yang mengungkapkan bahwa suatu “pwrsoalan yang sudah dikenali dasarnya dengan baik sesungguhnya sudah setengahnya terpecahkan.” Ungkapan ini mempunyai tiga penjelasan, yaitu:
- Bahwa memang seharusnya perlu mengenali secara baik dan tepat situasi problematik yang sedang dihadapi dimana dapat menimbulkan ketidakseimbangan di dalam kehidupan organisasi atau perusahaan.
- Pengenalan secara lebih mendasar berarti “akar” penyebab timbulnya ketidakseimbangan harus digali dengan sedalam-dalamnya.
- Mengambil keputusan tidak hanya dengan diagnosis gejala-gejala yang hanya kelihatan saja. Jika hanya suatu gejala yang diidentifikasi, maka “terapinya” pun hanya dapat menghilangkan gejala tersebut. Padahal yang harus dihilangkan merupakan “sumber penyakitnya”.
2. Pengumpulan data; Diambil dari pandangan bahwa pengambilan keputusan memerlukan suatu dukungan informasi yang lengkap, tepat, akurat, dapat dipercaya, dan diolah dengan baik dan tepat. Berarti bahwa dalam pengumpulan data tersebut ada tiga hal didalam mendapat perhatian, yaitu:
- Pentingnya untuk menggali dan mencari data dari semua sumber yang layak dicari, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Dari sisi inilah dilihat pentingnya akses bagi para pengolah data terhadap semua sumber data yang ada.
- Sangat penting untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan relevan dan sesuai dengan permasalahan yang hendak diatasi. Jangan berbeda dengan permasalah yang ada.
- Kualitas data yang dikumpulkan haruslah setinggi mungkin sehingga informasi yang dihasilkan akan berkualitas tinggi pula.
3. Analisis data; Analitis data yang dilakukan harus sedetail mungkin sehingga kecil kemungkinan untuk terjadinya kesalahan data. Ini diperlukan agar keputusan yang diambil mampu menunjang kelangsungan perusahaan.
4. Analisis berbagai alternatif; Salah satu tantangan yang akan dihadapi para pengambil keputusan di dalam mengambil keputusan merupakan menemukan jawaban yang paling tepat dan benar terhadap pertanyaan yang ada : Apakah di dalam pengambilan keputusan harus selalu terdapat berbagai alternatif pemecahan masalah ? Pertanyaan ini memang penting karena jika seorang pengambil keputusan hanya dihadapkan pada hanya satu alternatif saja dan memutuskan untuk menggunakan alternatif yang telah dipilih tersebut, yang bersangkutan sudah mengambil keputusan. Bahkan teori pengambil keputusan mengatakan bahwa jika seseorang tersebut telah memutuskan untuk tidak mengambil keputusan, tindakannya itu adalah sudah pengambilan keputusan juga.
5. Pemilihan alternatif; Jika pemilihan alternatif dilakukan dengan teliti, analisis berbagai alternatif tersebut akan “memberi jalan” tentang alternatif yang sebaiknya dipakai karena akan menghasilkan solusi yang paling efektif juga. Alternatif di pilih dengan cara tersebut, merupakan alternatif yang tampaknya paling berdampak baik. Pengalaman mengambil keputusan di masa yang lalu dan keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang memang terbaik.
6. Implementasi (pelaksanaan); Setelah dilakukan pemilihan alternatif , selanjutnya alternatif tersebut di implementasikan di dalam perusahaan. Keputusan yang telah diambil harus segera di implementasikan supaya bisa dilihat jika alternatif tersebut tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
7. Evaluasi (penilaian); Hasil pelaksanaan memerlukan penilaian yang objektif, sehingga perlu penilaian yang mendalam untuk keperluan masa depan perusahaan serta memperbaiki apakah keputusan tersebut sudah mencapai target atau belum.
3.13 Komponen DSS
Terdapat beberapa komponen penting dalam DSS untuk menunjang pengambilan keputusan diantaranya adalah basis data yang digunakan untuk analisis dan query; sistem perangkat lunak dengan berbagai model, penggalian data serta perangkat untuk analitis lainnya, serta user interface.
1) Basis data DSS (DSS database) adalah sekumpulan data yang digunakan perusahaan saat ini maupun historis dari berbagai macam aplikasi. Database DSS dapat terdiri dari basis data kecil di dalam PC yang didalamnya terdapat sebagian data perusahaan yang telah diunduh dan memungkinkan untuk digabung dengan data – data eksternal. Solusi yang lainnya, basis data DSS dapat berwujud data warehouse yang secara terus-menerus dari waktu ke waktu diperbarui oleh TPS di perusahaan pusat (termasuk aplikasi serta data yang dikembangkan oleh transaksi pada situs Web).
2) Sistem perangkat lunak DSS (DSS software system) yaitu berisi parangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data. Didalamnya dapat berisi bermacam – macam perangkat OLAP, perangkat penggalian data, atau sekelompok model matematik dan analitis dapat dengan mudah diakses oleh pengguna DSS
3) Model merupakan suatu representasi abstrak yang menggambarkan beberapa komponen atau hubungan dari suatu fenomena. Model dapat bewujud model fisik (seperti kapal), model matematik (seperti persamaan), atau model verbal (seperti penjelasan).
Pemodelan statistik membantu dalam menentukan hubungan satu sama lain, seperti menghubungkan penjualan produk dengan perbedaan jenis kelamin, pendapatan yang dihasilkan, atau faktor lainnya antar beberapa komunitas. Pemodelan optimalisasi menentukan alokasi sumber daya yang optimal untuk memaksimalkan atau meminimalkan beberapa variable tertentu, seperti biaya maupun waktu. Penggunaan klasik dari model optimalisasi adalah menentukan campuran yang cocok dari suatu produk dalam sebuah pasar yang diberikan untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat.
Model peramalan sering digunakan untuk meramalkan penjualan perusahaan. Model jenis ini dapat memberikan beberapa data historis untuk mengilustrasikan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan. Pengambilan keputusan dapat merubah keadaan masa depan perusahaan (sebagai contoh bahan baku atau masuknya pesaing baru dengan harga lebih rendah di pasar) untuk menentukan bagaimana kondisi baru tersebut dapat mepengaruhi penjualan perusahaan.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya penulisan karya ilmiah ini diharapkan penulis maupun pembaca mendapatkan gambaran akan pentingnya serta manfaat yang diperoleh jika perusahaan menggunakan DSS. Seperti diketahui DSS merupakan tools yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam mempertimbangkan alternatif – alternatif yang telah dibuat sebelumnya agar dapat menunjang jalannya kelangsungan hidup perusahaan.
DSS lebih mengarah pada konsep pembelajaran, yaitu merujuk kepada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem tertentu, yang mengarah pada pembelajaran selebihnya, dan begitu seterusnya dalam proses pengembangan dan peningkatan DSS secara berkelanjutan.
4.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dianjurkan agar DSS yang diterapkan dapat secara menyeluruh membantu perusahaan maupun manager, yaitu :
• Analisa terlebih dahulu permasalahan yang terjadi didalam perusahaan. Mengenali secara baik setiap masalah yang ada.
• Mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan tersebut. Menggali dan mencari data dari semua sumber yang layak dicari, baik di lingkungan internal maupun eksternal.
• Kualitas data yang dikumpulkan haruslah setinggi mungkin sehingga informasi yang dihasilkan akan berkualitas tinggi pula.
• Analitis data yang dilakukan harus sedetail mungkin sehingga kecil kemungkinan untuk terjadinya kesalahan data. Ini diperlukan agar keputusan yang diambil mampu menunjang kelangsungan perusahaan.
• Analisis berbagai alternatif pemevahan masalah yang ada.
• Pemilihan alternatif yang tepat
• Setelah diimplementasikan, maka selanjutnya yang dilakukan adalah pengevaluasian. Ini dilakukan untuk menilai apakah alternatif yang telah dipilih berjalan sesuai dengan yang diinginkan manager.
DAFTAR PUSTAKA
Connolly, T.M., Begg, C.E.(2010).Database System: A Practical Approach to Design, Implementation and Management. (5th edition). Addison : Wesley.
Druzdzel, Marek J., Roger R. Flynn. (2002). Decision Support Systems.
www.freequality.org/sites/www_freequality_org/Documents/Training/DecisionSupportSys.ppt.
Gelinas dan Dull (2008, p.13).Accounting Information Systems (7th edition). Thompson Learning: Canada.
Hoffer, J.A., Prescott, M.B. and Topi, H. 2009. “Modern Database Management. (9th edition)”. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
O’Brien, J and Marakas, G. 2008. Management Information System. 8 th edition. Mc.Graw .Hill International Edition
Rainer, R.K., Turban, E. (2008).Introduction to Information System: Supporting and Transformating Business. (2nd edition). United State of America.
Satzinger, J.W., Jackson, R.B., Burd, S.D. (2010). System Analysis and Design In a Changing World. (5th edition). Boston: Massachutes.
Turban, Efraim, Jay E. Aronson, Ting Peng Liang. (2005). Decision Support
System and Intelligent System 7th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Whitten, L.D., Bentley, J.L. (2010) System Analysis and Design Methods. (9th edition).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar