Senin, 24 Maret 2014

BIG DATA BIG PERFORMANCE

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Sistem Informasi
School of Information Systems
Laporan Karya Ilmiah Topik – Topik Lanjutan
Semester Genap 2013/2014

BIG DATA BIG PERFORMANCE


Cici Permata Belisa        1501193170
Herawati Hardi               1501189791
Tri Ako Nugroho            1501192382
David Ricardo                1501191726
Kelas : 06 PJM /Kelompok 1


Abstrak
    Big Data adala sebuah masalah penumpukkan data yang terjadi akibat terjadinya transaksi data dari berbagai sumber, perkembangan teknologi, dan kebutuhan informasi dimana penumpukkan data tersebut tidak bisa ditampung. Sehingga menimbulkan berbagai masalah seperti mengalami kesulitan dalam mengintegrasi sistem, akibat tidak mampu mengakomodasikan data. Dengan mengetahui hal tentang Big Data, sebuah organisasi atau perusaaan dapat mencari solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan akibat dari Big Data. Paper ini mempunyai pembahasan mengenai Big Data, manfaat dari Big Data, dan berbagai hal untuk mengatasi dari Big Data, karena memiliki kemampuan yang besar jika dapat mengatasi hal tentang Big Data tersebut.

Kata Kunci :
Big Data, integrasi sistem, mengakomodasi sistem







BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
    Dalam setiap data akan memberi pengaruh terhadap kebutuhan informasi didalam suatu perusahaan. Dalam istilah “Big Data” dalam pegertian secara harafiah adalah sedikit demi sedikit lama-lam menjadi bukit, demikianlah yang dialami setiap perusahaan atau organisasi yang menyimpan setiap datanya dengan berbagai tipe data yang mengalami penumpukan data dalam menampung data transaksi. Big data saat ini telah menjadi fokus utama dalam bidang IT didalam suatu perusahan, padahal permasalahan ini telah terjadi sejak dimulainya era informasi. Perkembangan volume dan jenis data akan terus meningkat semenjak dimulainya adalah suatu nilai informasi yang berguna.
    Namun inilah yang terus menjadi masalah dalam menampung setiap volume dan jenis data, yang bisa disebut Big Data. Bahkan pengelolaan Big Data sangat perlu dilakukan oleh perusahaan untuk mengelola data yang diperolehnya untuk mengelola bisnis perusahaan yang lebih baik. Bahkan Big Data telah menjadi budaya baru dimana tentu akan berbeda setiap perusahaan dalam mengatasi kumpulan data yang besar. Apalagi era informasi yang secara global menambah permasalahan dalam volume dan jenis data yang bisa diperoleh suatu perusahaan.
    Begitu pun juga dalam perkembangan teknologi informasi, dimana terdapat internet sebagai media teknologi informasi yang digunakan, tentu perkembangan data akan terus mengalami perkembangan yang signifikan dalam suatu kebutuhan informasi didalam perusahaan. Menurut Rachmat Gunawan, Direktur CTI Group di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta,” "Tren big data di dunia dalam rentan waktu 2012-2020 diprediksi akan mencapai 40 kali lipat. Sekitar 90% data di dunia hanya dibuat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir,".
    Namun hingga saat ini belum ditemukannya definisi resmi dari istilah Big Data. Namun dari kemunculan istilahnya dapat menjadi solusi dari masalah yang ditimbulkan kumpulan data yang selalu berkembang, sehingga melampui batas kemampuan media penyimpanan maupun sistem database saat ini. Sementara menurut IBM, dalam di situs resminya mendefinisikan Big Data ke dalam tiga istilah yaitu volume , variety , danvelocity. Volume di sini berkaitan dengan ukuran media penyimpanan data yang sangat besar atau mungkin tak terbatas. Sementara variety berarti tipe atau jenis data yang dapat diakomodasi. Sedangkan velocitydapat diartikan sebagai kecepatan proses. Dengan begitu, Big Data dapat diasumsikan sebagai sebuah media penyimpanan data yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengakodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat.
    Oleh karena itu, Big Data akan membantu perubahan perusahaan ke hal yang lebih baik, jika dapat memanfaatkan dan mengakomadiskan setiap data dengan baik didalam perusahaan. Karena informasi tentu memiliki suatu nilai yang besar dalam kebutuhan bisnis suatu perusahaan.
1.2    Ruang Lingkup
    Ruang lingkup yang menjadi batas-batasan dalam pembahasan paper “Big Data Big Performance” yaitu :
1.2.1.    Menggambarkan pengertian, serta memberikan informasi mengenai dari Big Data itu sendiri.
1.2.2.    Manfaat yang bisa diperoleh dari penanggulangan Big Data.
1.2.3.    Bagaimana cara mengimplemntasikan dan pengelolaan dari Big Data.
1.3    Tujuan dan Manfaat
    Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tujuan yang bisa diperoleh dalam paper ini, antara lain :
1.    Memberikan informasi yang jelas tentang pentingnya Big Data Big Performance dalam suatu perusahaan atau organisasi.
2.    Untuk mengetahui kegunaan Big Data dalam suatu perusahaan
Manfaat yang diperoleh dari pembahasan paper ini, antara lain :
1.     Memberikan wawasan tentang apakah yang dimaksud dengan Big Data
1.4    Metodologi Penulisan
    Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun papaer “Big Data Big Performance” , antara lain  sebagai berikut :


1.4.1.    Studi Pustaka
Metode ini adalah melakukan penelitian dengan cara mencari referensi serta data yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan topik penulisan paper ini.
1.4.2.    Studi Jurnal
Dalam metode ini dilakukan penelitian dengan cara mencari informas-informasi yang berkaitan dengan topik penulisan melalui jurnal-jurnal yang ditemukan.

1.5    Sistematika Penulisan
1.5.1.    BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini adalah penjelasan mengai latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metodologi dalam penulisan paper ini, serta sistematika penulisan yang merupakan gambaran secara garis besar mengai isi dari paper ini.
1.5.2.    BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini adalah penjelasan mengani teori dan konsep yang berkaitan dengan paper ini
1.5.3.    BAB 3 : PEMBAHASAN
Dalam bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan serta manfaat yang bisa diperoleh mengenai paper ini yaitu “Big Data Big Performance”. Dan dalam bab ini memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan topik dalam paper ini
1.5.4.    BAB 4 :  PENUTUP
Pada bab ini akan memberikan hasil mengenai penelitian dari topik paper ini berupa simpulan, serta memberikan gagasan dari pembahasan dari topik paper ini berupa saran yang bisa digunakan



BAB 2

LANDASAN TEORI


2.1     Pengertian Data

    Data merupakan sekumpulan dari aktivitas yang telah direkam, dikelompokkan, dan disimpan dalam jumlah yang besar akan tetapi belum diolah atau masih mentah, sehingga belum dapat menghasilkan output yang berguna. Berikut ini adalah beberapa definisi data menurut para ahli:

Menurut Inmon (2005, p493), data adalah kumpulan dari fakta, konsep, atau instruksi pada penyimpanan yang digunakan untuk komunikasi, perbaikan dan diproses secara otomatis yang mempresentasikan informasi yang dapat di mengerti oleh manusia.

Menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin (2005, p8) Data dapat didefenisikan sebagai deskripsi dari suatu dan kejadian yang kita hadapi.Data dapat berupa catatan-catatan dalam kertas, buku, atau tersimpan sebagai file dalam database. Data akan menjadi bahan dalam suatu proses pengolahan data. Oleh karena itu, suatu data belum dapat berbicara banyak sebelum diolah lebih lanjut.

Menurut Turban (2010, p41), data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi yang direkam, dikelompokkan, dan disimpan tetapi belum terorganisir untuk menyampaikan arti tertentu. 

2.2     Pengertian Database

     Database adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersamaan sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redudansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Adapun definisi khusus dari para ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Connolly dan Begg (2010, p65), database adalah kumpulan berbagai data logika terkait dan deskripsi, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi organisasi.

Menurut O’Brien (2011, p173), database adalah kumpulan elemen data yang  terintegrasi yang berhubungan secara logikal.



Berdasarkan teori para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, database adalah kumpulan data yang berhubungan secara logikal dan disimpan berdasarkan suatu skema untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh organisasi.

2.3     Pengertian Big Data

     Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang saat ini, masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap perusahaan pun semakin berkembang. Seperti contoh database disuatu perusahaan tidak mampu lagi menampung data yang masuk, sehingga data perusahaan lama pun harus dibuang. Padahal kemungkinan perusahaan membutuhkan data perusahaan lama sangat tinggi. Untuk itu saat ini seharusnya setiap perusahaan mengadopsi teknologi big data untuk meningkatkan kapasitas untuk menampung data agar tidak satu pun data terbuang.

Big data merupakan sekumpulan data yang besar kapasitasnya jauh melebihi kemampuan sebuah database software tools. Akan tetapi  Big data masih belum mempunyai definisi yang khusus, namun ada beberapa definisi seperti pada berikut :

Menurut IBM (International Business Machines Corporation) dalam situsnya, data besar yang dihasilkan oleh segala sesuatu di sekitar kita setiap saat. Setiap proses digital dan media sosial pertukaran memproduksinya. Sistem, sensor dan perangkat mobile mengirimkannya. Data besar yang tiba dari berbagai sumber pada kecepatan yang luar biasa. Untuk mengekstrak nilai yang berarti dari data yang besar, Anda membutuhkan kekuatan pemrosesan optimal, kemampuan analisis dan keterampilan.

SAS (Statistical Analysis System), seperti yang dilansir dalam halaman situsnya mengatakan bahwa data besar (big data) adalah istilah yang populer digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan eksponensial dan ketersediaan data, baik terstruktur dan tidak terstruktur. Dan data yang besar mungkin sama penting bagi bisnis - dan masyarakat - seperti halnya internet.

2.4 Karakteristik Big Data

SAS menyebutkan bahwa seorang analis industri bernama Doug Laney menyebutkan bahwa karakteristik big data tidak hanya sebatas data yang besar, namun juga menambahkan 3V (volume, velocity and variety). Dalam 3V itu, tertuang bahwa:

1. Volume (kapasitas): Banyak faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan volume data. Data berbasis transaksi disimpan selama bertahun-tahun. Data terstruktur mengalir dari media sosial. Peningkatan jumlah sensor dan mesin-ke-mesin data yang dikumpulkan. Di masa lalu, volume data yang berlebihan adalah masalah. Tapi mengurangi biaya penyimpanan, masalah lain muncul, termasuk bagaimana menentukan relevansi dalam volume data yang besar dan bagaimana menggunakan analisis untuk menciptakan nilai dari data yang relevan.


2.      Velocity (kecepatan): Data streaming dengan kecepatan yang luar biasa, belum pernah terjadi sebelumnya dan harus ditangani dengan secara tepat waktu. Tag RFID, sensor dan bahkan barcode yang mendorong kebutuhan untuk menangani data secara real time. Bereaksi cukup cepat untuk menangani kecepatan data yang merupakan tantangan bagi sebagian besar organisasi.

3.      Variety (variasi): Data hari ini datang dalam semua jenis format. Terstruktur, data numerik dalam database tradisional. Informasi yang dibuat dari aplikasi bisnis. Dokumen tidak terstruktur teks, e-mail, video, audio, data lainnya dan transaksi keuangan. Mengelola, penggabungan dan mengatur jenis data yang berbeda adalah sesuatu yang banyak organisasi masih dipusingkan.

4.      Variability (keragaman): Selain kecepatan meningkat dan jenis data, arus data yang dapat sangat tidak konsisten dengan puncak periodik. Apakah sesuatu yang tren di media sosial? Harian, musiman dan event yang dipicu beban puncak data dapat menantang untuk mengelola. Bahkan lebih lagi dengan data terstruktur yang terlibat.

5.      Kompleksitas. Data hari ini berasal dari berbagai sumber. Dan itu masih merupakan usaha untuk menghubungkan, pencocokan, membersihkan dan mengubah data di seluruh sistem.

  dalam situs IBM (International Business Machines Corporation)  juga, big data menghasilkan beberapa perubahan, yaitu:

1.      Competitive advantage: data yang muncul sebagai sumber daya terbaru di dunia untuk keunggulan kompetitif.

2.      Decision making: Pengambilan keputusan yang bergerak dari beberapa elit untuk diperbanyak.

3.      Value of data: data berkembang cepat namun sistem sekarang belum bisa beradaptasi.






BAB  3

PEMBAHASAN


3.1    Pengertian Big Data
    IBM di situs resminya mendefinisikan Big Data ke dalam tiga istilah yaitu volume , variety , dan velocity. Volume di sini berkaitan dengan ukuran media penyimpanan data yang sangat besar atau mungkin tak terbatas. Sementara variety berarti tipe atau jenis data yang dapat diakomodasi. Sedangkan velocity dapat diartikan sebagai kecepatan proses.

Dengan begitu, Big Data dapat diasumsikan sebagai sebuah media penyimpanan data yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengakodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat.

Di sektor bisnis Big Data, Google bisa dikatakan sebagai pelopor. Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California itu di tahun 2006 sempat memperkenalkan Google Bigtable. Bigtable merupakan sistem database berskala besar dan cepat yang digunakan Google untuk mengolah berbagai jenis data dari berbagai layanan, termasuk data dari layanan mesin pencari berbasis internet milik mereka.

Setelah Google, jejaring sosial milik Mar Zuckerberg, Facebook, pun menerapkan sistem database sejenis untuk menangani melonjaknya pengguna layanan mereka. Dengan teknologi Big Data, Facebook tak pernah kesulitan untuk menangani peredaran data yang melonjak drastis dalam enam tahun terakhir yang berasal dari 1 miliar pengguna jejaring sosial mereka.

3.2    Manfaat Big Data
    1. Ekspansi berkesinambungan dan unifikasi pada SQL dalam Hadoop.
Sejumlah perusahaan teknologi sedang bekerja keras membangun layer teknologi solusi Big Data non-SQL seperti Hadoop.Besarnya dukungan bahasa SQL cukup bervariasi, tapi developer SQL yang cerdas akan mampu memperoleh manfaat dan kapabilitas ini untuk
memampukan SQL interaktif pada Big Data. Contohnya termasuk Hadapt, Teradata Aster dan EMC Greenplums Pivotal HD
2. Dukungan terpadu bagi data terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur telah berkembang terus.
Proyek IDC dengan jumlah data digital yang kebanyakan tidak terstruktur akan tumbuh 40 - 50% per tahun.Tahun 2020, jumlah data total akan mencapai 40 zettabytes. Data yang tidak terstruktur berasal dari email,forum,blog,social networks,sistem POS (Point of Sales) dan mesin penghasil data. Untukmeng-capture dan menganalisa banyak jenis data massal,inovator memperluas solusi Big Data melampaui sekedar pengambilan data saja.Sebagai tambahan, kita akan melihat kemunculan dana dopsi solusiseperti Oracle MDEX engine, Accumulo dan Attivio untuk mengambil jenis data ini dalam satu penyimpanan.
3. Kemajuan dalam pencarian.
Menyaring sejumlah besar data massal bukanlah hal Mudah,ini seperti menemukan jarum dalam jerami. Seiring waktu kita akan melihat solusi Big Data yang lebih banyak memasukkandukungan pencarian kedalam solusi mereka. Industri yang menjadi leading usaha ini adalah LucidWorks, IBM dan Oracle melalui akuisisi Endeca, Autonomy dan MarkLogic.LucidWorks menggabungkan open source stack
dari Lucene/Solr, Hadoop, Mahout dan NLP.
4. Perluasan ETL (extract-transform-load)dan dukungan ELT (extract-load-transform).
Beberapa pendapat mengungkapkan kasus penggunaan Hadoop yang utama adalah melakukan workflow ETL karena sifat batch Hadoop. Bagaimanapunjuga, jika kita melihat bagian penyusunin frastruktur yang dibutuhkan membangun dan mengelola Hadoop yang kompleks berdasarkan solusi ETL,maka kita akan lebih memilih menggunakan solusi ETL dari Informatica,Talend, Syncsort, CloverETL. Bertahun-tahun mereka telah berfokus membangun solusi ETL terbaik dari awal yang saat ini lebih sering disebut solusi integrasi
data.Vendor pemain murni ETL telah bekerja dengan tekun untuk memastikan dukungan solusi Big Data.Dukungan ini tidak hanya ET tapi juga ELT yang manatransformasidieksekusioleh Hadoop di dalam Hadoop.Hal ini memungkinkan pengguna lebih memilih solusi ETL  yang sudah ramai digunakan dibandingkan kapabilitas kuat Hadoop. Kedepan, ETL murni ini akan mendukung berbagai solusi Big Data  dari penyedia NewSQL dan NoSQL.
3.3    NoSQL Database
    Metode NoSQL yang pertama adalah table-oriented. Metode ini biasanya hanya dikembangkan oleh yang membuatnya sendiri seperti Google dan Facebook dengan Big Table dan Cassandranya. Performa dan hasil dari metode ini tidak perlu kita ragukan lagi karena kita telah tiap hari menggunakan kedua website ini dan meskipun dengan berjuta – juta data yang ada di database mereka tapi kita tetap bisa memaksimalkan website mereka.
Metode NoSQL yang kedua adalah Document-oriented database. Jenis NoSQL ini merupakan database yang berbasiskan dokumen. Tidak ada tabel, field dan record, yang ada hanyalah koleksi dan dokumen. Koleksi dapat disamakan dengan tabel dan dokumen disamakan dengan field. Berbeda dengan database relasional, pada document oriented database, dokumen dapat memiliki field yang berbeda dengan dokumen lain walaupun berada dalam satu koleksi. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan database relasional dimana sebuah record tidak mungkin memiliki field yang berbeda dengan record yang berada dalam satu tabel. Document Oriented digunakan oleh Mongodb, Couchdb, Ravendb, dan lain-lain.
Metode NoSQL selanjutnya adalah graph-oriented, yaitu jenis database NoSQL yang menggunakan struktur graph dengan node, edge dan properties untuk menyimpan datanya. Metode ini digunakan oleh Infinite Graph, InfoGrid, Neo4J dan lain-lain.
Yang terakhir adalah key-value store. Hampir sama seperti document-oriented database, yang berbeda adalah media penyimpanannya. Dalam key-value store, data tidak langsung disimpan dalam disk seperti database pada umumnya. Data disimpan dalam memori komputer dan sesekali data dalam memori ditulis ke disk.


3.4     Extract Transform Load (ETL)
    Extract, transform, dan load (ETL) adalah proses yang terjadi di dalam penggunaan database dan terutama pada data warehouse yang bersangkutan dengan:
•    Mengekstrak data
•    Melakukan transformasi data menjadi sesuai dengan kebutuhan operasional.
•    Memasukan hasil tersebut pada target.



Gambar 3.1 Extract Transform Load (ETL)



3.4.1     Extract
    Proses ekstrak merupakan tahap pertama dari proses ETL, proses ini melibatkan penggalian data dari sumber. Sebagian besar bagian dari data warehouse mengkonsolidasikan data dari sumber sistem yang berbeda-beda. Pada setiap sistem data yang terpisah juga dapat menggunakan organisasi data yang berbeda. Umumnya format dari sumber data adalah database relasional dan flat file, akan tetapi dapat mencakup sebuah struktur database non-relasional seperti Information Management System (IMS) atau sebuah struktur data lain Virtual Storage Access Method (VSAM) atau Indexed Sequential Access Method (ISAM), atau dapat juga mengambil dari sumber-sumber data luar seperti melalui spidering web atau screen-scraping. Streaming dari beberapa sumber data yang diekstrak dan beban on-the-flu ke tujuan database yang diinginkan merupakan cara lain untuk melakukan proses ETL, apabila tidak ada penyimpangan data menengah yang diperlukan. Pada dasarnya, tujuan dari tahap proses ekstraksi adalah untuk melakukan konversi data ke dalam format tunggal yang sesuai untuk pengolahan transformasi. Adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses ekstraksi melibatkan parsing data yang telah diekstrak, sehingga jika data memenuhi pola yang diharapkan atau struktur yang sudah menjadi target dari yang direncanakan. Apabila tidak, data yang dimiliki dapat ditolak secara seluruhnya atau hanya sebagian yang diperlukan.
3.4.2     Transform
    Proses tahap transformasi menerapkan beberapa serangkaian aturan atau fungsi untuk data yang diambil dari sumber data untuk memperoleh data agar dilakukan proses loading ke target akhir. Beberapa bagian dari sumber data akan membutuhkan manipulasi yang sangat sedikit ataupun bahkan tidak sama sekali ada data. Dalam kasus lain, satu atau lebih jenis transformasi berikut memungkinkan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan teknis dari database yang dituju:
•    Hanya memilih beberapa kolom tertentu untuk memuat (atau tidak memilih kolom/ kolom nol). Sebagai contoh, apabila sumber data memiliki tiga kolom (dapat disebut juga sebagai atribut) mengatakan roll_no, usia dan honor maka ekstraksi dapat mengambil hanya roll_no dan honor. Demikian juga dengan mekanisme ekstraksi dapat mengabaikan semua catatan dimana honor yang tidak hadir(honor==null).
•    Dapat menerjemahkan nilai-nilai kode (misalnya, juga sistem pada sumber menyimpan P untuk pria dan W untuk wanita, tetapi pada gudang toko R untuk pria dan G untuk wanita), hal ini merupakan panggilan untuk membersihkan data secara otomatis, tidak ada hal pembersihan pengguna terjadi selama proses ETL.
•    Encoding pada nilai dalam bentuk yang bebas (misalnya, pemetaan “pria” untuk “P” dan “Mr” menjadi “M”).
•    Menurunkan beberapa nilai yang dihiting baru (contoh, sale=qty*unitPrice).
•    Sorting
•    Proses penyatuan data dari beberapa sumber.
•    Agregasi
•    Dapat membangkitkan nilai kunci pengganti
•    Transposing
•    Memisahkan kolom kedalam beberapa kolom
•    Disagregasi, mengulangi kolom kedalam tabel detil yang terpisah
•    Lookup dan melakukan validasi data yang relevan dari tabel maupun file referensial untuk secara perlahan mengubah dimensi
•    Melakukan penerapan segala bentuk validasi data sederhana maupun kompleks. Jika validasi terjadi kegagalan, hal itu dapat mengakibatkan sebuah penolakan penuh, sebagian atau tidak samakelai dari data, dan dengan demikian tidak ada, beberapa atau seluruh data diserahkan ke langkah selanjutnya, tergantung dari aturan desain dan cara penanganan eksepsi.

3.4.3    Load
    Merupakan tahap terakhir dari proses ETL yaitu melakukan proses load data ke target akhir, yang dimana biasanya target akhirnya adalah data warehouse (DW). Hal ini tergantung kepada kebutuhan pada sebuah organisasi atau perusahaan, proses ini bersifat sangat bervariasi. Beberapa data warehouse dapat menggantikan informasi yang ada dengan informasi yang bersifat kumulatif, data ekstrak sering memperbaharui dengan melakukannnya secara harian, mingguan, maupun bulanan. Data warehouse lainnya (atau bahkan dapat merupakan bagian lain dari data warehouse yang sama) memiliki kemampuan untuk menambahkan data yang baru dalam bentuk historicized, sebagai contoh, per jam. Untuk mengerti hal ini, mempertimbangkan data warehouse yang diperlukan untuk mempertahankan pada rekor penjualan satu tahun terakhir. Pada tahap berikutnya, data warehouse akan menghapus semua data yang berumur lebih tua dari satu tahun dengan data yang lebih baru. Akan tetapi, masuknya data pada setiap jangka waktu satu tahun akan dilakukan dengan cara historicized. Waktu dan ruang lingkup untuk penggantian atau penambahan adalah pilihan dari strategi desain tergantung pada waktu yang tersedia dan kebutuhan bisnis yang diperlukan. Sistem yang lebih kompleks memiliki kemampuan untuk mempertahankan jejak sejarah dan audit dari semua perubahan data yang dimuat di data warehouse.
    Dikarenakan tahap dari proses load maka tahap ini akan berinteraksi langsung dengan database, segala kendala yang didefinisikan dalam skema database serta memicu untuk mengaktifkan pada proses load data akan berlaku (contohnya, keunikan dari segi integritas, referensial, dan bidang yang wajib), yang juga berkontribusi kepada kinerja kualitas keseluruhan data dari proses ETL
    Sebagai contoh, pada sebuah lembaga keuangan memungkinkan memiliki informasi mengenai pelanggan di beberapa departemen dan pada departemen masing-masing memungkinkan memiliki informasi bahwa pelanggan yang terdaftar dengan cara-cara yang berbeda. Pada departemen keanggotaan pelanggan mungkin pada daftar pelanggan menggunakan nama, sedangkan pada departemen akuntansi mungkin daftar pelanggan menggunakan nomor. ETL dapat melakukan proses pengelompokan semua data yang dimiliki dan melakukan proses konsolodasian ke dalam presentai yang seragam, seperti untuk menyimpan dalam database atau kedalam data warehouse.
    Cara lain yang mungkin digunakan ETL adalah untuk memindahkan informasi yang dimiliki kedalam aplikasi lain secara permanen. Sebagai contoh, kata pengolahan data dapat diterjemahkan kedalam angka dan huruf, yang dimana bersifat lebih mudah untuk melacak dalam spreadsheet atau program database. Hal ini dilihat sangat berguna dalam proses back up informasi sebagai transisi perusahaan apabila perusahaan tersebut akan memasang sebuah software yang baru dan beda dengan yang sebelumnya.
3.5    Karakteristik Big Data
    Sebuah informasi atau data dapat didefinisikan sebagai BIG DATA jika memiliki satu atau lebih dari tiga karakteristik berikut :
•    Volume - Seberapa besar data yang bisa anda olah saat ini? Apakah dengan jumlah data yang anda miliki anda sudah lebih baik dibanding kompetitor? Data yang ada saat ini berukuran sangat besar. Di tahun 2000 saja tercatat 800,000 petabyte data tersimpan di seluruh dunia dan angka ini diperkirakan akan mencapai 35 zettabyte di tahun 2020 atau bahkan lebih. Bayangkan jika anda membutuhkan analisis terhadap 1 persen saja dari seluruh data untuk mendapatkan keuntungan dibandingkan kompetitor anda, apakah teknologi yang anda miliki sekarang mampu melakukannya?
•    Variety - Selain data relasional, data apa saja yang umum dianalisis? Dengan meledaknya jumlah sensor, dan perangkat pintar , dan juga teknologi social networking yang menghasilkan data-data yang akan sulit jika harus disimpan di dalam relasional database. Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak menyimpan semua data yang tidak terstruktur ini seperti halaman web, web log, search index, forum social media, email, dokumen, data sensor, dll. Data-data seperti inilah yang mungkin akan memberikan keuntungan jika kita mampu mengolahnya.
•    Velocity - Seberapa cepat kita dapat memproses data yang ada? Mungkin hal itu yang pertama ada dalam benak anda ketika anda membaca ini. Namun sebenarnya velocity di sini kita lihat dari persepsi seberapa cepat kita mampu mendapatkan hasil analisis terhadap aliran data yang terus mengalir di saat yang hampir bersamaan dengan datangnya data tersebut. Bayangkan jika kita memiliki sistem yang mampu mendeteksi buronan yang tertangkap kamera cctv, ataumendeteksi dini titik kritis seorang bayi dari suhu tubuh, tekanan darah, denyut jantung, kecepatan bernafas bayi tersebut, melakukan sensor terhadap kata kasar atau kata yang tidak seharusnya diucapkan yang diucapkan pada siaran langsung di tv atau pada percakapan telepon customer service sebuah perusahaan.




                                                    Gambar 3.2 Big Data Characteristics



3.6    Infrastruktur Big Data
Dalam infrastruktur teknologi Big Data sendiri memiliki karakteristik yang berbeda dengan traditional data, yaitu :



                                Gambar 3.3 Perbedaan Tradisional Data dengan Big Data
Pada awalnya tahun 1970-2000 data yang dibangun meruapakan data dengan model terstruktur dan merupakan relational database seperti MySQL, oracle, dan lain-lain. Lalu pada tahun 1995 berikutnya mulai dibangun suatu business intelligence yang menggunakan structured dan relational database dengan system seperti cognos, pentaho dan lain-lain. Pada 2010 hingga sekarang dibangun suatu system yang memiliki tujuan 3V (volume, velocity, varity) atau 4V (ditambah value), dan dengan bermacam teknologinya seperti map reduce, high performance computers cluster dan lain-lain.
Artinya Big Data merupakan bagian dari intelijen bisnis, Big Data dapat digunakan untuk membentuk suatu bisnis yang memiliki intelijen guna mendukung pengambilan keputusan. Namun dalam hal ini ada beberapa hal yang berbeda dari segi volume yang bukan hanya jumlah data yang banyak, namun pertumbuhan data yang sangat pesat sehingga dalam rentang waktu yang pendek data dapat bertumbuh dengan sangat cepat dan besar (velocity), dan data yang ada memiliki variasi yang sangat banyak (variety) tentunya dalam big data sendiri terutama dalam pembentukan datawarehouse sudah banyak dilakukan ekstraksi transform load untuk menanggulanggi varietas dari data tersebut sehingga data dapat menjadi standar baik dibersihkan dari berbagai noise juga dilakukan transformasi sehingga data jauh lebih sesuai dengan proses bisnis yang ada atau yang sedang berjalan bagi organisasi tertentu.
Intelijen bisnis yang didalamnya terdapat pemanfaatan big data pun membutuhkan suatu teknologi yang dapat mendukung proses bisnis yang ada didalam intelijen bisnis itu sendiri, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga perlu dibangun suatu infrastruktur yang tepat dan dapat mengatasi kebutuhan big data yaitu salah satunya adalah proses pengolahan data yang sangat cepat walaupun diwaktu yang sama data berukuran besar dan tumbuh dengan cepat.
Yang menjadi masalah dan tantangan adalah akusisi data, recording data, ekstraksi, cleaning, anotasi, integrasi, agregasi, representasi, analisis, modeling, interpretasi, dan visualisasi. Big data sendiri memiliki penerapan dan manfaat untuk berbagai bidang seperti yang sudah disebutkan diatas sebelumnya.
Ada dua teknologi dalam infrastruktur dalam Big data yaitu :
1.    High Performance Computing Cluster (HPCC) atau dapat disebut sebagai Data Analytics Supercomputer (DAS)
2.    Hadoop Platform (Map Reduced-Based Platform)
Dari kedua pendekatan teknologi tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan (dari segi fungsi) dan juga terdapat kemiripan dalam proses yang berjalan didalamnya. Kemiripan dari dua teknologi tersebut adalah sama-sama memanfaatkan lebih dari satu komputer dalam melakukan proses penarikan informasi ataupun pemrosesan berbagai informasi atau bahkan dapat terlihat keduanya menggunakan konsep kluster pada arsitektur teknologi yang digunakan. Pada dasarnya keduanya pun dapat diintegrasikan dengan baik guna saling mendukung satu sama lain.
High Performance Compputing Clusters ini sendiri pada dasarnya membangun suatu super komputer yang terdiri dari lebih dari satu komputer dengan spesifikasi tertentu (biasanya sama) untuk saling membantu menopang, atau membagi tugas satu sama lain sehingga bersama-sama dapat melakukan processing terhadap suatu data, terutama dalam hal pencarian data. Proses besar yang biasanya berjalan sendiri adalah seperti, Ekstrak, Transform, dan Load, lalu setelah itu dilakukan analisis untuk mendapatkan informasi yang lebih sesuai dengan kebuthan bisnis organisasi tersebut.










                                  Gambar 3.4 High Performance Computing Cluster (HPCC)
Sedangkan Hadoop Platform sendiri merupakan suatu project teknologi yang dikembangkan oleh apache dalam mengelola data besar sehingga jauh lebih efektif dan efisien. Dalam hadoop sendiri terdiri dari berbagai komponen, bahkan hingga hadoop sendiri memiliki distributed file system sendiri yang disebut dengan (HDFS). Kelebihan dari dari HDFS ini sendiri adalah :
•    Fault tolerance, dan di-deploy untuk low cost hardware
•    Write Onece, Read many, merupakan koherensi sederhana, dan terlebih lagi framework yang dibangun dalam hadoop ketika kita akan menggunakan hadoop, menggunakan teknologi java.
•    Memindahkan komputasi/proses lebih cepat dari memindahkan data.
•    Mirip Google File System, tetapi HDFS membagi file menjadi block dalam cluster node yang terdistribusi.
•    Core component : master vs slave, name node vs data node, job tracker vs task tracker.



                                                    Gambar 3.5 Hadoop Platform


3.6    Data Mining
    Data mining adalah suatu proses analisis untuk menggali informasi yang tersembunyi
dengan menggunakan statistik dan artificial intelligence di dalam suatu database dengan ukuran sangat besar, sehingga ditemukan suatu pola dari data yang sebelumnya tidak diketahui, dan pola tersebut direpresentasikan dengan grafik komputer agar mudah dimengerti.
Dalam proses mining (datamining) dengan adanya big data ini sendiri cukup menguntungkan karena datamining membutuhkan data yang banyak sehingga menghasilkan model yang jauh lebih general namun memiliki akurasi yang tinggi. Namun dengan adanya big data ini sendiri. Datamining diharuskan menerima tantangan bagaimana melakukan datamining dengan skala yang sangat besar dan terdistribusi juga dengan variety data yang sangat variatif.







BAB 4


PENUTUP




    4.1    Simpulan

    Dari pembahasan mengenai bigdata, dapat disimpulkan bahwa Big Data dapat diasumsikan sebagai sebuah media penyimpanan data yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengalokasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat. Di samping itu big data juga memiliki jenis-jenisnya seperi ada traditional data dan big data. Big data juga memiliki karakerisik untuk bisa disebut big data karakerisik tersebut adalah volume, variety, dan velocity.Adapun teknologi infrasrukur dalam big data yang dapat membanu perusahaan-perusahaan besar pada umumnya untuk mengaasi masalah dalam big daa.


4.2    Saran

    Berdasarkan pembahasan sebelumnya terdapat beberapa saran untuk  perusahaan maupun organisasi dalam mengelola,menggunakan, dan menerapkan big data, yaitu :

     -Big data sangat disarankan untuk ada dalam perusahaan maupun organisasi yang memiliki sumber daya yang besar karena dengan adanya big data akan memberikan manfaat pada organisasi tersebut seperti ekspansi berkesinambungan dan unifikasi pada SQL dalam hadoop, dukungan terpadu bagi data terstruktur, semi struktur, dan tidak terstruktur dapat bekembang secara berkelanjutan, kemajuan dalam pencarian, dan perluasan ETL (extract transfrom load) dan dukungan ELT ( extract load transfrom)
-untuk menghadapi masalah seperti akuisisi data, recording data, ekstraksi, dan visualisasi dibutuhkan teknologi infrastruktur dalam big data. Ada dua teknologi dalam infrastruktur dalam Big data yaitu High Performance Computing Cluster (HPCC) atau dapat disebut sebagai Data Analytics Supercomputer (DAS) dan Hadoop Platform (Map Reduced-Based Platform)
-Diperlukan data mining dalam big data  dengan data mining maka akan  menghasilkan model yang jauh lebih general namun memiliki akurasi yang tinggi dan juga dapat menangani masalah variaety data. Datamining diharuskan menerima tantangan bagaimana melakukan datamining dengan skala yang sangat besar dan terdistribusi juga dengan variety data yang sangat variatif.






DAFTAR PUSTAKA


Al-Bahra bin Ladjamudin. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta :
Graha Ilmu. 
Turban, Efraim., Linda Volonino. (2010). Information Technology for management, 7th Edition. John Wiley & Sons, Asia.

O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2011. “Management Information Systems, 10th Edition”. McGraw-Hill/ Irwin, New York

Connolly, Thomas and Begg, Carolyn. (2010). Database Systems: A Practical Approach to
Design, Implementation, and Management, Fifth Edition. Pearson Education, Boston. 
Inmon, William H.,(2005). Building The Data Warehouse. (4th Edition). Indiana: Wiley Publishing.

Senin, 10 Maret 2014

CCSCSC

MANAGING DISASTER IN BINUS UNIVERSITY

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Jurusan Sistem Informasi
School of Information Systems

Laporan Karya Ilmiah Topik – Topik Lanjutan

Semester Genap 2013/2014



MANAGING DISASTER IN BINA NUSANTARA UNIVERSITY



Cici Permata Belisa               1501193170

Herawati Hardi                     1501189791

Tri Ako Nugroho                  1501192382

David Ricardo                       1501191726

Kelas : 06 PJM /Kelompok 1

Abstrak

            Management Disaster atau manajemen bencana adalah serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana. Metode ini merupakan suatu usaha untuk meminimalisir kerugian akibat terjadinya bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial yang terjadi pada lingkungan Universitas Bina Nusantara. Paper ini berfokus pada bagaimana cara melakukan management disaster, dan contoh penerapannya pada Universitas Bina Nusantara.



Kata Kunci :

Management Disaster, Bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial

 

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1          Latar Belakang

Pada saat teknologi yang berkembang saat ini sangat penting bagi perusahaan kecil maupun perusahaan besar untuk mengerti pentingnya management disaster atau manajemen bencana, dimana bencana merupakan kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar. Bahayanya sebuah bencana adalah disaat keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana tersebut, sehingga yang seharusnya sumber daya manusianya dapat meminimalisir resiko atau akibat dari bencana tersebut tidak dapat dilakukan.

Menurut University of Wisconsin manajemen bencana sebagai (“the range of activities designed to maintain control over disaster and emergency situation and to provide a framework for helping at-risk persons to avoid or recover from the impact of disaster. Disaster management deals with situation that occurs prior to, during, and after the disaster”) serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana.

Pentingnya management disaster bertujuan untuk menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui tindakan dini (sebelum bencana terjadi),meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana,untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana,untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.

Melakukan manajemen bencana diperlukan berbagai analisis seperti Analisis Resiko dari Segi Teknis, dan Analisis Risiko Dari Segi Lokasi, sehingga diperlukan perencanaan akan alternatif tindakan pada saat bencana datang.

1.2            Ruang Lingkup



Ruang lingkup yang di ambil dari pembahasan dalam paper “Management Disaster” ini memiliki batasan pada :



1.2.1       Pengertian Tentang Bencana, Bahaya, Risiko dan Keretanan

ManajemenBencana atau Disaster Managemen tAnalisis Resiko dari Segi TeknisSistem Informasi Pada Universitas BINUS Analisis Resiko Konsep pengertian tentang  management disaster.



1.2.2    Pengertian Tentang Manajemen Bencana atau Disaster Management dan bagaimana melakukan Manajemen Bencana .

1.2.3    Bagaimana melakukan Analisis Resiko, Analisis Resiko dari Segi Teknis, dan Analisis Risiko Dari Segi Lokasi



1.3              Tujuan dan Manfaat

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tujuan dari pembuatan paper ini, antara lain:



1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya management disaater dalam pada suatu organisasi atau perusahaan.

2. Dapat menerapkan dengan baik bagaimana management disaster melalui analisis yang dilakukan sebelumnya





Manfaat yang didapat dari pembahasan yang ada di dalam paper ini, antara lain:



1. Mengetahui hal – hal apa saja yang perlu diterapkan dan dihindari saat dan sebelum terjadi bencana alam atau bencana non alam, atau bencana sosial.

2. Menyadari betapa pentingnya management disaster .



1.4              Metodologi Penelitian



Metode penulisan yang digunakan dalam paper “Management Disaster” ini antara lain adalah sebagai berikut:



1.4.1         Studi Kepustakaan



Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi - informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan paper ini, guna memperoleh referensi untuk landasan teori penulisan paper.


1.4.2         Studi Jurnal



Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi-informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan melalui jurnal yang di temukan di website-website dan berita-berita terkait.



1.5              Sistematika Penulisan



               1.5.1           BAB 1: PENDAHULUAN



Pada bab ini adalah penjelasan tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat dari karya tulis, metode penelitian yang digunakan penulis dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran dari karya tulis ini.



    1.5.2          BAB 2: LANDASAN TEORI



Pada bab ini adalah penjelasan mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan Management Disaster.



          1.5.3          BAB 3: PEMBAHASAN



Pada bab ini merupakan penjelasan dari Management Disaster, Bagaimana cara melakukan Management Disaster, dan Contoh penerapannya pada universitas Bina Nusantara.



          1.5.4          BAB 4: PENUTUP



Pada bab ini memberikan simpulan dari karya tulis serta saran – saran yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan di masa yang akan datang.









BAB 2

LANDASAN TEORI



2.1       Pengertian Bencana

          

Menurut Bakornas PB (2007), bencana terjadi jika ada ancaman yang muncul dengan kondisi kerentanan yang ada secara sederhana hubungan ancaman dan kerentanan dapat digambarkan sebagai berikut.

Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, kerusakan lingkungan, dan menimbulkan dampak suatu kondisi yang ditentukan oleh psikologis. Kerentanan adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan sosial budaya dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana (Bakornas PB, 2007).

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Kerugian yang terjadi dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian yang disebabkan karena ketidakberdayaan manusia akibat kurang

baiknya manajemen keadaan darurat. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia (Tohari, 2008).

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/ kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/ luas jika manusia yang berada di sana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup akan meminimalisir dampak yang di timbulkan akibat bencana (Hilman, 2007).



2.2       Pengertian Management Disaster

   Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).

Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut

Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.

2.3       Tujuan Management Disaster        

Berikut adalah beberapa tujuan dilakukannya manajemen bencana yaitu :

    Menghindari kerugian pada individu masyarakat , dan negara melalui tindakan dini.
    Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan negara berupa kerugian yang berkaitandengan orang, fisik, ekonomi dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
    Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana.
    Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami.
    Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai resiko
    Memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana
    Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup
    Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban
    Mengembalikan fungsi, fasilitas umum seperti komunikasi atau transportasi, air minum, listrik dan telepon termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan social daerah yang terkena bencana
    Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
    Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.







2.4       Kegiatan - Kegiatan Manajemen Bencana

2.4.1 Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).

               Misalnya :

              -          Melarang pembakaran hutan dalam perladangan

              -          Melarang penambangan batu di daerah yang curam

-          Melarang membuang sampah sembarangan

2.4.2    Mitigasi Bencana (Mitigation)

Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

   Bentuk mitigasi :

•         Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.)

•         Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)

2.4.3    Kesiapsiagaan (Preparedness)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)



2.4.4    Peringatan Dini (Early Warning)

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.

Pemberian peringatan dini harus :

•         Menjangkau masyarakat (accesible)

•         Segera (immediate)

•         Tegas tidak membingungkan (coherent)

•         Bersifat resmi (official)



2.4.5 Tanggap Darurat (response)

      Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian

2.4.6    Bantuan Darurat (relief)

Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa :

1.      Pangan

2.      Sandang

3.      Tempat tinggal sementara

4.      kesehatan, sanitasi dan air bersih

5.      

2.4.7 Pemulihan (recovery)

•         Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.

•         Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).

2.4.8 Rehabilitasi (rehabilitation)

Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.



2.4.9    Rekonstruksi (reconstruction)

Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.



2.5       Mekanisme Manajemen Bencana

                 1.   Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam manajemen bencana dan kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya) serta masyarakat lokal.

2.   Mekanisme eksternal atau formal, yaitu organisasi yang sengaja dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk Indonesia adalah BAKORNAS PB, SATKORLAK PB dan SATLAK PB.

Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat  adalah tahapan pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail. Setiap tahapan itu adalah sebagai berikut:

1.   Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut.

2.   Analisis Kerawanan dan Kajian Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk Assessment): ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. Matriks atas variabel ini patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu variabel atau paduan beberapa variabel terjadi.

3.   Sosialisasi dan Kesiapan Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.

4.   Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan darurat. Persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan saya, misalnya, dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang Taruna berkeliling meneriakkan “3M”.

5.   Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah “batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil, jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.

6.   Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung, tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir, penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain logistik dan perahu karet jika diperlukan.

7.   Komunikasi: faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan dengan sistem telepon satelit (lihat www.psn.co.id untuk alat komunikasi langsung ke satelit), agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah provinsi.

8.   Penanganan Darurat: jika ada anggota masyarakat yang memerlukan perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.

9.   Keberlangsungan Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai, upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat dengan selalu berkoordinasi di lapangan.

10. Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama. Jika peristiwa Tsunami Aceh memakan korban jiwa dan harta yang sangat besar, merancang perbaikan harus dilakukan secara seksama mengingat biaya yang besar yang dikumpulkan dari masyarakat, bahkan masyarakat internasional. Jika peristiwa banjir yang tiap tahun melanda pinggiran Kali Ciliwung, tentunya lebih baik dilakukan tindakan antisipatif yang lebih komprehensif dalam kerangka perbaikan di masa mendatang.

11. Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan hasil terbaik untuk mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap daerah harus memiliki petugas-petugas yang cakap dan berpengetahuan. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.

12. Simulasi: setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi hingga menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban daerah ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.










BAB 3

PEMBAHASAN



3.1       Pengertian Tentang Bencana, Bahaya, Risiko dan Keretanan

◙    Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.  Disaster terdiri dari 2(dua) komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;

◙    Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan.  Misal :  tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api, kebakaran dll;

◙    Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;

◙    Risiko ( Kerentanan ) adalah kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau vulnerability.

◙    Bencana = Bahaya x Kerentanan



3.2       Manajemen Bencana atau Disaster Management

University of Wisconsin mendefinisikan manajemen bencana sebagai “the range of activities designed to maintain control over disaster and emergency situation and to provide a framework for helping at-risk persons to avoid or recover from the impact of disaster. Disaster management deals with situation that occurs prior to, during, and after the disaster. (serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana).

Universitas British Columbia merumuskan definisi bencana (disaster) dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, bencana dipertentangakan dengan darurat (emergency). Bencana tidak sama dengan emergensi. Istilah emergensi biasanya dikaitkan dengan bencana mini, seperti kebakaran, robohnya sebuah rumah, dan sejenisnya. Sedangkan bencana dikaitkan dengan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon, dan dampaknya bisa sampai beberapa generasi.



Kedua, bencana dikaitkan dengan kemampuan mereka yang mengalami bencana untuk mengatasinya. Sesuatu disebut bencana bila yang mengalami masalah atau masyarakat lokal tidak mampu menanganinya. Oleh karena itu, perlu keterlibatan masyarakat secara regional atau nasional, bahkan internasional.

Ketiga, bencana berkaitan dengan isu yang luas, bukan saja masalah ekonomi, tetapi masalah sosial, ekologi, bahkan merambah ke wilayah politik. Ketidakmampuan menangani bencana  bisa berakibat fatal terhadap kepercayaan masyarakat kepada penguasa.

Dengan demikian, Universitas British Columbia mendefiniskan manajemen bencana (disaster) sebagai  “process of forming common objectives and common value in order to encourage participants to plan for and deal with potential and actual disaster” ( proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun aktual).

Tujuan Manajemen Bencana

Pada prinsipnya, manajemen dilakukan sejak sebelum bencana terjadi, bukan pada saat dan setelah bencana menimpa. Tujuan manajemen bencana yang baik adalah:

1.    Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui tindakan dini (sebelum bencana terjadi).

Tindakan ini termasuk pencegahan. Tindakan ini efektif sebelum bencana itu terjadi. Dalam kaitan bencana gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, atau tsunami di Aceh, tindakan ini sudah terlambat. Tetapi tindakan ini masih tetap efektif untuk mengantisipasi bencana yang bisa terjadi di kemudian hari, termasuk bencana yang mungkin lebih besar akibat ulah Gunung Merapi.



Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya. Pertama, penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa dilakukan. Tetapi hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam  yang memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukan.

Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik, misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh manusia. Belum ada satu teknologi  yang mampu menghambat pergeseran lempeng bumi, atau mengatur pergeseran supaya bergerak pelan-pelan dan tidak menimbulkan getaran hebat.

Oleh karena itu, tindakan penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi, yang dapat mewujudkan bencana. Contoh “kondisi” yang dimaksud adalah struktur bangunan. Kondisi bangunan yang baik bisa meminimalisasi atau menghilangkan risiko bencana.

Struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa menyebabkan bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga kerugian manusia, fisik, ekonomi, dan lingkungan bisa dihindari.



2.    Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi.Tindakan meminimalisasi kerugian akan efektif bila bencana itu telah terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah dilakukan jauh sebelum bencana itu sendiri terjadi. Contoh, bencana alam dengan cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan meninggal.  Maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai ke tingkat kecamatanan.

Di Inggris, pemadam kebakaran disebar hingga ke tingkat distrik dan kota (setara dengan kabupaten) dengan koordinasi di tingkat county (setara dengan propinsi). Bila terjadi bencana kebakaran di satu lokasi, pemadam kebakaran di berbagai daerah bisa dengan cepat dikerahkan sehingga kerugian bisa diminimalisasi.



3.    Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana.

Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya bisa bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk dalam kategori ini.

Tindakan yang juga termasuk kategori ini adalah pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang terkena bencana. Tujuannya adalah untuk mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri. Dengan sikap yang positif tersebut, pemulihan individu dan masyarakat akan menjadi semakin cepat karena korban secara aktif membangkitkan diri sendiri.



4.    Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana.

Perbaikan kondisi terutama diarahkan pada perbaikan infrastruktur seperti jalan, listirk, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya. Dalam kasus Yoygakarta, jalan merupakan salah satu infrastruktur yang perlu mendapat perhatian sekalipun (tampaknya) tidak terlalu parah. Selain itu, berbagai fasilitas masyarakat seperti pasar, terminal, dan sejenisnya juga termasuk dalam tindakan ini untuk membuat perputaran ekonomi masyarakat kembali bergulir.



5.    Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.

Perbaikan infrastruktur tidaklah cukup. Itu hanya mengembalikan ke kondisi semula sehingga aktivitas ekonomi dan sosial berjalan sebagaimana layaknya sebuah wilayah. Daerah yang terkena bencana menjadi jauh tertinggal dibanding daerah lain.

Kabupaten Bantul, misalnya, telah kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan ekonominya. Itu menyebabkan pertumbuhan ekonominya akan lambat. Apa yang perlu dilakukan adalah penerapan berbagai kebijakan, termasuk kebijakan fiskal, supaya orang tertarik untuk mengembangkan wilayah tersebut.

Seperti yang dilakukan pemerintah Jerman Bersatu pada saat baru menggabungkan diri antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Salah satu bentuk tindakan yang dilakukan pemerintah pada saat itu adalah memberi insentif pajak bagi perusahaan yang bersedia menanamkan laba bersih mereka di wilayah Jerman Timur.




Gambar 1. What is Disaster Management



3.3       Sistem Informasi Pada Universitas BINUS

            Unversitas Binus (Bina Nusantara) dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, membagi tanggung jawab ke dalam badan kerja-badan kerja. Masing-masing badan kerja tersebut memiliki sistem informasi untuk membantu mereka dalam melakukan fungsinya. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing, unit kerja tersebut seringkali membutuhkan data atau informasi yang dimiliki oleh unit kerja lainnya. Karena itu,pertukaran data antar sistem informasi badan kerja tidak dapat dihindari. Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara adalah sebuah sistem informasi yang dirancang dengan tujuan utama untuk memfasilitasi kebutuhan data antar badan kerja di Univ. Binus.

3.4       Analisis Resiko

            Analisis resiko yang diperoleh bertujuan untuk menentukan apa saja bencana yang memungkinkan dialami pada setiap proses Sistem Informasi pada Univ. Binus. Dan seberapa besar kemungkinan kerusakan yang dapat ditimbulkan  karena bencana. Langkah analisis ini penting untuk memberikan gambaran tingkat kebutuhan Sistem Informasi pada Univ. Binus akan Disaster Management.

            Dalam analisis resiko dilakukan dengan memfokuskan pada sistem dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan analisis resikoyang meyeluruh. Sudut pandan gyang menjadi perhatian adalah sudut pandang mengenai pandang teknis, lokasi dan sosial.

3.4.1    Analisis Resiko dari Segi Teknis

            Sistem Informasi Univ. Binus merupakan sistem informasi yang melibatkan berbagai macam sistem informasi pada Univ. Binus. Sistem Informasi ini dihubungkan dengan menggunakan arsitektur client/server berbasis web. Web Service akan terkoneksi dengan basis data masing-masing sistem informasi melalui jaringan internet Univ. Binus. Jaringan internet yang sama juga menghubungkan antar muka sistem informasi tersebut dengan pengguna, karena itu ketersediaan jaringan internet pada Univ.Binus adalah mutlak untuk proses bisnis pada Univ.Binus. Analisis resiko dari segi teknis akan berdasar pada hal-hal teknis apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada perangkat keras, perangkat lunak, dan data yang terlibat dalam arsitektur tersebut.



3.4.1.1 Kerusakan Perangkat Keras

3.4.1.1.1          Kerusakan Alat

            Jaringan internet Univ.Binus, seperti jaringan intranet pada umumnya, memilikikomponen-komponen seperti server, router, switch, gateway, dan lainnya. Agar jaringan dapat berjalan dengan baik, keseluruhan komponen tersebut harus dalam keadaan bekerja. Jika satu atau lebih komponen tersebut tidak tersedia, misalnya karena rusak, kinerja jaringan akan terpengaruh secara langsung. Untuk menghindari kelumpuhan jaringan karena hal semacam ini, umumnya jaringan memiliki lebih dari satu buah untuk masing-masing komponen tersebut. Kerusakan alat adalah salah satu gangguan teknis yang paling umum terjadi, karena itu hal ini perlu untuk diperhatikan. Waktu kelumpuhan dapat ditekan jika saat terjadi gangguan, sudah dimiliki nomor atau alamat kontak personel yang dapat memperbaikinya, supplier yang dapat menyediakan alat yang sesuai dengan cepat dan terjamin ketersediaannya, dan lain sebagainya yang termasuk dalamDisaster Management.



3.4.1.1.2          Ketiadaan Daya

            Bagaimanapun juga, kelumpuhan tidak dapat dihindari dalam beberapa kasus.Ketiadaan daya misalnya, akan melumpuhkan jaringan secara total. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan Univ.Binustidak dapat menjalankan fungsinya. Ketiadaan daya dapat diakibtkan oleh berbagai macam hal, namun yang paling umum terjadi pemadaman listrik dari pihak PLN.



3.4.1.1.3          Kerusakan Perangkat Lunak dan Data

            Perangkat lunak di sini mengacu pada masing-masing sistem informasi yang menyusun Unversitas Binus . Termasuk di dalamnya tampilan antar muka, modul-modul pengolah data, dan modul-modul koneksi. Tidak seperti perangkat keras yang dapat diperbaiki ataupun digantikan dengan perangkat yang baru dengan cepat jika rusak, perangkat lunak memiliki proses perbaikan dan instalasi yang cukup memakan waktu dan relatif lebih rumit.

Kerusakan perangkat lunak sangat mungkin terjadi, misalnya saat dilakukan upgrade dari satu versi ke versi yang lebih baru, umumnya dengan tujuan menyesuaikan sistem informasi dengan perubahan yang terjadi di dunia nyata, meningkatkan performa, mengganti tampilan dengan yang lebih baik, dan lain sebagainya. Instalasi perangkat lunak baru, baik seluruhnya maupun modular, tidak akan pernah lepas dari proses debug dan penyesuaiaan dengan modul-modul lain.

Walaupun umumnya perbaikan tidak dilakukan langsung pada server, melainkan pada repository sementara dulu, dan baru kemudian dipindahkan ke server setelah melalui serangkaian tes, namun tetap tidak menutup kemungkinan terdapat bug yang baru ditemukan kemudian. Pada fase inilah, perangkat lunak menjadi rentan akan kesalahan operasi. Kesalahan pada perangkat lunak juga dapat mempengaruhi data yang tersimpan, dan mengakibatkan kerusakan data.



3.4.1.4             Faktor Manusia

            Selain hal-hal yang telah dijabarkan di atas, masih terdapat faktor kesalahanmanusia yang dapat mengganggu operasional Univ. Binus. Misalnya kesalahan pada saat melakukan konfigurasi server, tidak sengaja merestart router, dan hal-hal lain yang mungkin tidak diperhitungkan sebelumnya. Demikian juga dengan faktor keamanan jaringan. Selalu terdapat kemungkinan akan adanya serangan dari luar, seperti defacing, manipulasi (menghapus, menambahkan, maupun mengubah) data, pengalihan rute jaringan, dan berbagai macam jenis serangan lainnya. Tidak hanya serangan melalui jaringan, serangan langsung sepeti pencurian ataupun perusakan alat juga bukan hal yang baru lagi. Karena itu, faktor manusia layak diperhitungkan sebagai potensi gangguan.

            Dengan ancaman-ancaman yang telah disebutkan di atas, adalah tidak mungkin untuk mengatakan Univ. Binus memiliki reliabilitas 100% ditinjau dari segi teknis.

3.4.2    Analisis Risiko Dari Segi Lokasi

            Server dan basis data Sistem Informasi Univ. Binus terletak di berbagai lokasi. Dan lokasi Univ. Binus yang berdekatan karena terletak dalam satu kawasan daerah. Oleh Karena itu, yang menjadi perhatian dalam segi lokasi yang saling berdekatan.



3.4.2.1 Bencana Banjir

            Univ. Binus berada di kota Jakarta yang secara prediksiakan mengalami bencana banjir dalam setiap periode. Banjir misalnya, karena lokasi yangrelatif cukup tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, Univ. Binus hampir tidakmungkin mengalami bencana banjir yang membahayakan. Namun kemungkinanterjadinya banjir tetap ada, walaupun mungkin bukan merupakan banjir besar. Asumsiini didasarkan pada sering terjadinya banjir yang dialami setiap tahunnya di kota Jakarta.



Jalan raya dengancepat tergenang dan mengalir ke bawah dengan deras, umumnya disebabkan karenameluapnya saluran air sepanjang jalan raya tersebut. Sifat bencana banjir yang cukupmerusak, baik data maupun fisik, dan tidak dapat ditanggulangi dengan cepat jika sudah terjadi, merupakan alasan mengapa bencana banjir akan diperhitungkan dalam pembuatanDisaster Managementini.






Gambar 2. Jakarta Mengalami Kebanjiran



3.4.2.2 Bencana Gempa

            Untuk Kasus gempa, kota Jakarta memiliki lokasi yang jarang mengalami bencana gempa. Namun menurut Riset Bidang Geologi Struktur LIPI Prof. Dr. Suparkah, terdapat patahan lempeng yang memanjang dari Ciputat, Banten hingga Kota, Jakarta Pusat. Ini berarti tidak menutup kemungkinan daerah Univ. Binus bisa mengalami situasi bencan gempa tektonik. Oleh karena itu, faktor – faktor tersebutlah yang menjadi pertimbangan dalam membangun Disaster Management. Bencana gempa akan turut disertakan sebagai salah satu ancaman potensial terhadap  Univ. Binus.



3.4.2.3 Bencana Kebakaran

            Bencana kebakaran merupakan salah satu yang dianggap paling merusak. Jikaterjadi kebakaran, tidak hanya terdapat kemungkinan kerusakan alat dan jaringanmelainkan juga kehilangan data. Kebakaran dapat terjadi hampir dimana saja, ruanganserver yang dipadati dengan kabel dan peralatan elektronik tentunya tidak akan luputdari kemungkinan terjadinya kebakaran.





Gambar 3. Binus Mengalami Bencana Kebakaran







3.3.2.4 Kerusakan Gedung

            Hampir seluruh perangkat pendukung Univ. Binus diletakkan di dalam ruangan, karena itu, faktor kerusakan gedung juga harus diperhitungkan sebagai salah satupotensi bencana. Hal-hal seperti kebocoran pada ruang server atau mungkin gedungroboh dapat mengancam kesinambungan kerja Univ. Binus. Terutama jika mengingatkebanyakan bangunan di Univ. Binus merupakan bangunan yang cukup berumur ditinjau darisegi konstruksi.



3.3.3    Analisis Risiko dari Segi Sosial

            Univ. Binus merupakan sebuah institusi pendidikan yang terdiri dari berbagai elemendalam lingkungan sosialnya, seperti mahasiswa, dosen pengajar, pegawai, ektorat,dan masyarakat sekitar. Elemen-elemen ini saling terkait dan saling membutuhkandalam menjalankan fungsinya dan mencapai tujuannya masing-masing. Karena itu, Univ. Binus memiliki sistem untuk mengatur bagaimana setiap elemen tersebut berinteraksi. Namun sebaik apapun suatu sistem dirancang, bukan berarti dalam penerapannyaakan selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Sekecil apapun, selalu terdapatkemungkinan terjadi sesuatu yang mengganggu berjalannya sistem tersebut.



Dalam kasus sistem sosial Univ. Binus sebagai lingkungan kampus juga terdapatkemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat berpotensi sebagai ancaman atas berjalannya Univ. Binus. Misalnya unjuk rasa mahasiswa, pemogokan pegawai, danaksi protes masyarakat. Hal-hal tersebut dapat mengganggu berjalannya Univ. Binus baik secara langsung maupun tidak langsung.



Gangguan secara langsung yang dapat terjadi misalnya seperti aksi perusakansarana dan peralatan pendukungUniv. Binus, sedangkan gangguan secara tidaklangsung misalnya adalah pemogokan administrator atau tenaga kerja lain yang terkait Univ. Binus. Gangguan dari segi lingkungan sosial seperti itu juga dapat menimbulkan ancaman yang sama.





3.4       Analisis dari Tingkat Kebutuhan

            Setelah memahami betul ancaman-ancaman apa saja yang mungkin terjadi danmemiliki potensi untuk mengganggu Univ. Binus, akan dilakukan analisis untukmengetahui tingkat kebutuhan Univ. BInus terhadap sebuah Disaster Management.Hal ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan tingkat ketergantungan Univ. Binus dari waktu ke waktu.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, Disaster Management bertujuan untuk meminimalisir dampak gangguan yang terjadi terhadapkesinambungan berjalannya sebuah badan bisnis. Jika Univ. Binus dipandang sebagai sebuahbadan organisasi, dapat dikatakan bahwa tujuan utama Univ. Binus adalah menjalankan proses edukasi, kegiatan-kegiatan non akademis yang dilakukan oleh Univ. Binusseluruhnyaadalah sebagai penunjang berjalannya kegiatan akademis Univ. Binus. Dalam sub bab iniakan ditinjau sejauh apa Univ. Binusberperan dalam mendukung  dan menjalankankegiatan-kegiatan akademik dan kegiatan-kegiatan penunjangnya.

Kegiatan akademis yang dilakukan Univ. Binusdapat dikatakan berpola serupa tiaptahunnya, namun jika dilihat lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem informasiyang mendukung dengan kegiatan-kegiatan tersebut, akan terdapat beberapa intervalwaktu berbeda sesuai dengan sistem informasi apa yang menjadi prioritas up and running.







3.5       Hasil Analisis

            Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak ancaman yang dapat berubah menjadi gangguan bagi Univ. Binus. Selain itu, dapat diketahui bahwa Univ. Binus memiliki tingkat ketergantungan yang cukup besar terhadap waktu-waktu tertentu. dengan berbagai macam ancaman yang dapatberubah menjadi gangguan kapan saja. Mempertimbangkan dua hal di atas,disimpulkan bahwa Univ. Binusmembutuhkan sebuah Disaster ManagementuntukUniv. Binus. Dengan Disaster Management yang baik, jika suatu gangguan bencana terjadi, Univ. Binus dapat kembali beroperasi secepat mungkin sehingga Univ. Binus hanya akanmengalami kehilangan/ kerugian minimal.

Berikut ini adalah beberapa kebutuhan yang ingin dipenuhi dengan Disaster

Management yang akan dibangun:



1. Disaster Management akan menangani paling tidak ancaman-ancaman

bencana yang sudah dijabarkan pada analisis resiko.

2. Disaster Managementyang cost effective, sedapat mungkin

menggunakan apa yang sudah dimiliki oleh Univ. Binus (untuk tempat, teknologi,

tenaga manusia, dan aset lain yang mungkin dibutuhkan).

3. Disaster Managementyang akan dibangun harus didokumentasikan

dengan baik dan mudah dipahami.

Disaster Management harus mudah diperbaharui/ disesuaikan jika terjadi

perubahan pada Univ. Binus.





Gambar 4. Bencana Gempa Bumi







Gambar 5. Bencana Kebakaran








  BAB 4 

PENUTUP






4.1       Simpulan



            Dari pembahasan mengenai disaster management dan kondisi yang ada pada universitas Bina Nusantara yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa universitas Bina Nusantara sangat perlu untuk menerapkan disaster management karena aktivitas pada universitas tersebut sangat rentan lumpuh apabila terjadi bencana  - bencana yang kemungkinan besar akan muncul. Didalam  disaster management, dengan sebuah rencana (plan) yang ditujukan untuk menekan kerugian yang dihasilkan dari terjadinya bencana dan juga dapat menanggulangi /  mengatasi permasalahan yang biasa disebut dengan disaster recovery plan atau business continued, universitas Bina Nusantara dapat mencegah kemungkinan – kemungkinan terburuk yang akan terjadi di masa yang akan dating.





4.2       Saran



            Terdapat beberapa saran untuk Universitas Bina Nusantara yang dapat di lakukan agar dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, yaitu :



-          Universitas Bina Nusantara harus membangun sebuah disaster management yang baik karena letak antar gedung Universitasnya saling berdekatan, sehingga apabila terjadi bencana besarnya kerugian dapat diminimalisir



-          Membuat sebuah disaster recovery plan di Universitas Bina Nusantara yang selalu sigap untuk menormalisasi aktivitas di Universitas tersebut jika terjadi bencana



-          Menempatkan ruangan-ruangan tertentu seperti ruang server dan pusat data di tempat yang aman dan jauh dari tempat yang beresiko tinggi terkena bencana

Senin, 03 Maret 2014

Green Computing



UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Jurusan Sistem Informasi

School of Information Systems

Laporan Karya Ilmiah Topik – Topik Lanjutan

Semester Genap 2013/2014

GREEN COMPUTING

Cici Permata Belisa               1501193170

Herawati Hardi                     1501189791

Tri Ako Nugroho                  1501192382

David Ricardo                       1501191726

Kelas : 06 PJM /Kelompok 1

Abstrak

            Green computing atau yang biasa disebut “komputer yang ramah lingkungan” menurut Wachara Chantatub adalah “Teknologi informasi yang ramah lingkungan dan hemat energi”. Metode ini merupakan suatu usaha untuk mencegah pemborosan energi dan menggunakan information and communication technology (ICT) dengan sebaik – baiknya. ICT yaitu salah satu penyebab habisnya sumber daya alam yang dimiliki oleh bumi, dan juga dapat menyebabkan kerusakan yang lebih buruk apabila tidak digunakan dengan baik dan benar, sesuai dengan aturannya. Paper ini berfokus pada pembahasan limbah komputer yang berbahaya dan bagaimana cara menanggulanginya dengan melakukan green computing.

Kata Kunci :

Green Computing, ICT

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

                        Pada era globalisasi ini, banyak teknologi yang bermunculan dan terus berkembang dengan pesat untuk dapat membantu manusia dalam melakukan pekerjaan atau kegiatannya sehari – hari. Salah satu dari teknologi yang sering digunakan didalam kehidupan adalah information and communication technology (ICT) atau yang biasa disebut dengan komputer dan jaringan internet. Hampir seluruh kegiatan dapat dilakukan dengan teknologi tersebut, seperti belajar, mengerjakan tugas, mencari informasi, menyelesaikan pekerjaan kantor, berkomunikasi, dan lain – lain. Untuk itu komputer menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia.

Banyak manfaat yang dirasakan dari penggunaan komputer, yang salah satu nya adalah mempermudah dalam mengerjakan pekerjaan. Sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu yang harus dikeluarkan. Jadi, dengan adanya peran komputer, dapat meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi pada sebuah pekerjaan atau aktifitas.

Akan tetapi jika dilihat dari sisi negatifnya, banyak kerusakan yang dapat ditimbulkan akibat dari pemakaian komputer secara berlebihan terhadap lingkungan sekitar. Contohnya seperti peningkatan penggunaan kertas, peningkatan energi yang digunakan dan sumber daya lainnya, serta pembuangan perangkat ICT di sembarang tempat yang dapat merusak lingkungan dan akan menyebabkan krisis sumber daya di masa  yang akan datang.

Untuk itu pada saat ini ada sebuah metode yang sedang diperkenalkan kepada pengguna komputer dalam mengurangi dampak negatif yang akan dihasilkan, yaitu Green Computing.

Green computing adalah istilah untuk pola penggunaan perangkat komputer yang ramah lingkungan. Contoh pengaplikasian dari green computing antara lain adalah pemilihan central processing unit (CPU) dan komputer server yang hemat energi. Secara lebih luas, green computing juga mencakup teknik produksi perangkat komputer yang efisien, hingga teknik pengelolaan limbah elektronik (e-waste) yang ideal

Pada saat kampanye eco-friendly green computing mulai dilakukan, industri teknologi informasi dan komunikasi tercatat memiliki andil sebanyak 3% dari total konsumsi energi dunia. Meski persentase itu tidak seberapa nilainya, laju peningkatan konsumsi energi oleh industri ICT yang mencapai 20% per tahun diprediksi akan menggandakan tingkat konsumsi energi total dunia pada tahun 2030 nanti.

Hal inilah yang mendorong ditanamkannya aspek - aspek green computing mulai dari tahap desain, pengembangan, implementasi, utilisasi, hingga pembuangan elemen-elemen infrastruktur teknologi informasi secara efektif dan efisien, serta tidak membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Akan tetapi, masih banyak orang – orang yang belum mengenal apa itu green computing dan tidak memperdulikan akan dampak negatif yang akan dihasilkan, serta terus menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi. Untuk itulah, paper ini dibuat berdasarkan fakta – fakta yang ada.

1.2              Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang di ambil dari pembahasan dalam paper “Green Computing” ini memiliki batasan pada :

1.2.1        Konsep perkenalan tentang bagaimana cara melakukan green computing dengan baik dan benar.

1.2.2       Pembahasan mengenai limbah elektronik yang berbahaya bagi lingkungan.

1.2.3         Cara menanggulangi limbah – limbah komputer yang sudah tidak terpakai

1.3              Tujuan dan Manfaat

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tujuan dari pembuatan paper ini, antara lain:

1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya green computing dalam penggunaan komputer.

2. Melindungi bumi dari krisis sumber daya dan kerusakan lingkungan.

Manfaat yang didapat dari pembahasan yang ada di dalam paper ini, antara lain:

1. Mengetahui hal – hal apa saja yang perlu diterapkan dan dihindari saat menggunakan komputer, agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar

2. Menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan dengan cara melakukan metode green computing demi kelangsungan hidup manusia

1.4              Metodologi Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam paper “Green Computing” ini antara lain adalah sebagai berikut:

1.4.1         Studi Kepustakaan

Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi - informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan paper ini, guna memperoleh referensi untuk landasan teori penulisan paper.

1.4.2         Studi Jurnal

Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi-informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan melalui jurnal yang di temukan di website-website dan berita-berita terkait.

1.5              Sistematika Penulisan

               1.5.1           BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini adalah penjelasan tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat dari karya tulis, metode penelitian yang digunakan penulis dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran dari karya tulis ini.

    1.5.2          BAB 2: LANDASAN TEORI

Pada bab ini adalah penjelasan mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan Green Computing.

          1.5.3          BAB 3: PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan penjelasan dari Green Computing, Bagaimana cara melakukan Green Computing, dan Contoh penerapan Bussiness Green Computing.

          1.5.4          BAB 4: PENUTUP

Pada bab ini memberikan simpulan dari karya tulis serta saran – saran yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan di masa yang akan datang.



BAB 2

LANDASAN TEORI


2.1    Pengertian Green Computing

      Seiring berkembangnya teknologi informasi saat ini, perusahaan sebaiknya menerapkan konsep green computing dalam IT yang digunakan. Berikut beberapa pengertian green computing yang dibahas oleh beberapa ahli :

Menurut Roy (2008, p64) dalam jurnal yang berjudul Green Computing –New Horizon of Energy Efficiency and E-Waste Minimization – World Perspective vis-à-vis Indian Scenario, Green Computing adalah praktik penggunaan sumber daya komputasi secara efisien. Tujuannya adalah mengurangi penggunaan bahan baku berbahaya, memaksimalkan efisiensi energi dalam masa hidup produk, dan mempromosikan pengolahan ulang dari limbah produk. Menurut Velte (2008, p3) Green IT mempunyai banyak arti antara lain sebagai berikut: (1) membeli teknologi yang lebih efisien, (2) mengurangi konsumsi energi dari Data center, dan (3) membeli hardwareyang ramah lingkungan. Menurut Chakraborty (2009, p33) dalam jurnal yang berjudul Green computing: Practice of Efficient and Eco-Friendly Computing Resources, Green Computing, studi dan praktek sumber daya komputasi yang efisien dan ramah lingkungan, kini di bawah perhatian tidak hanya organisasi lingkungan, tetapi juga bisnis dari industri lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan dalam industri komputer telah menyadari bahwa going Greenadalah kepentingan terbaik perusahaan, baik dalam hal hubungan masyarakat dan mengurangi biaya.

2.2    Konsep Dasar Sistem

Suatu sistem sangat penting bagi perusahaan. Lalu apa sebenarnya pengertian dari sistem. Untuk menjelaskan pengertian sistem, berikut ini beberapa teori tentang sistem yang dikemukakan oleh para ahli.

Satzinger, Jackson, and Burd (2010, p.6),  menyatakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dimana berfungsi bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.

Bentlay, Whitten (2010, p.6), menyatakan sebuah sistem merupakan sekelompok komponen-komponen yang saling berkaitan ( interrelated ) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dari beberapa definisi sistem tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem  merupakan seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Kumpulan elemen terdiri dari manusia, mesin, prosedur, dokumen, data, dan elemen lain yang terorganisir dari elemen-elemen tersebut.

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu :

1.   Komponen(components). Komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa :

·      Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia.

·      Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O, dan memori, maka supra sistem perangkat keras adalah sistem komputer.

2.   Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.

3.   Lingkungan luar sistem (environment)

Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

4.   Penghubung  (interface)

Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu subsistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung.

5.   Masukkan (input)

Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input.

6.   Keluaran (output)

Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.

7.   Pengolah (process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

8.   Sasaran (objectives) atau tujuan (goal)

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

2.3       Konsep Dasar Informasi

Informasi sangat mempengaruhi suatu sistem dalam perusahaan. Jika informasi yang didapat tidak tepat maka sistem akan menjadi tidak berguna dan tidak terpakai. Maka diperlukan mengetahui apa itu informasi dan bagaimana karakteristik informasi.

Rainer and Turban (2008, p.6) menjelaskan informasi mengacu pada data yang telah terorganisir sedemikian sehingga data-sata tersebut mempunyai maksud atau arti dan nilai kepada penerima.

Turban (2009, p. 415), informasi adalah data yang telah diatur sedemikian rupa, sehingga memiliki arti dan nilai bagi orang yang menerimanya.

Dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian ( event ) dan kesatuan nyata (fact and entity ) dan digunakan untuk mengambil keputusan, sedangkan sumber dari informasi adalah data, data merupakan fakta atau sesuatu yang terjadi saat tertentu.

2.4       Konsep Dasar Sistem Informasi

Dengan sistem informasi, masyarakat jadi lebih mudah untuk memperoleh informasi dengan cepat. Berikut pengertian menurut beberapa ahli.

Hall (2008, p.6) menyatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan dan diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai.

Gelinas dan Dull (2008, p.13) menyebutkan sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari seperangkat alat komponen berbasis komputer yang terintegrasi dan komponen manual untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola data, dan menyediakan informasi kepada pengguna.

Dari pernyataan kedua pakar diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah pengelolaan informasi yang dikumpulkan, diproses, dan disimpan oleh seperangkat komponen yang akan digunakan oleh pengguna.

2.5       Teknologi Informasi

Teknologi infromasi berhubungan dengan teknologi, terutama perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan telekomunikasi. Berikut pernyataan dari para ahli.

Dalam bentuk nyata teknologi informasi dapat dicontohkan dengan server, personal computer, router, dan kabel jaringan, sedangkan dengan bentuk tidak nyata teknologi informasi menyediakan sesuatu untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, pengiriman, dan berbagi informasi isi digitasl lainnya, dengan pengertian lainnya bahwa teknologi informasi merupakan alat yang mendukung aktivitas sistem informasi. Ward dan Peppard (2013, p.3).

2.6       Hardware

            Menurut Reynold dan Stair (2008, p2) dalam bukunya berjudul Principles of Information Systems, Eighth Edition, hardwareterdiri dari setiap mesin (sebagian besar yang menggunakan sirkuit digital) yang membantu dalam pengolahan, input, penyimpanan dan output kegiatan dari Sistem Informasi (SI). Pertimbangan utama dalam membuat keputusan  hardware dalam sebuah bisnis adalah bagaimana hardware dapat digunakan untuk mendukung tujuan sistem informasi dan tujuan organisasi.

2.7       Software

Menurut Freescale whitepaper (2010: 5) berjudul “Freescale Technologies For Energy Efficiency”, software dapat memainkan peran penting dalam penggunaan sistem yang efisien. Pengaturan energi berbasis software mendukung fleksibilitas dan peningkatan kerangka kerja yang melakukan komunikasi dengan hardwaremelalui device drivers, pengaturan kebijaksanaan use-case, pemodelan performa dengan syarat real-time dan respon terhadap tampilan eksternal dan pemberitahuan kejadian Kerangka kerja mengijinkan software untuk menerapkan teknik penghematan energi secara dinamis melalui beberapa komponen hardware.

Menurut Sommerville (2011: 6), software merupakan program komputer dan dokumentasi terkait. Produk softwaredapat dikembangkan untuk pelanggan tertentu atau kepada pasar umum. Pressman (2010: 4) mengatakan bahwa software adalah: (1) program komputer berupa instruksi yang saat dieksekusi mendukung fitur, fungsi, dan performa sesuai keinginan; (2) struktur data yang mengizinkan program untuk memanipulasi informasi, dan (3) deskripsi informatif pada hardwaredan bentuk virtual yang menggambarkan operasi dan kegunaan sebuah program.

2.7       Green Software

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012: 40) green software merupakan software ramah lingkungan yang dapat membantu menjaga kestabilan lingkungan. Cara bagaimana sebuah softwaredikembangkan dan ditambahkan atributnya dapat memberikan dampak bagi lingkungan. Pengembangan tersebut dapatberupa modifiability, reusability, portability,dan performance attributes. Murugesan dan Gangadharan juga membuat klasifikasi pada green software dan membaginya menjadi empat kategori, yaitu:

a.Software yang  lebih “hijau” mengonsumsi energi lebih sedikit.

b.Software terintegrasi yang  membantu hal-hal lain menjadi “hijau”

c.Software pelaporan ketahanan atau Carbon Management Software(CMS)

d.Software yang dapat beradaptasi pada perubahan cuaca, memperkirakan implikasi dan membentuk respon bijaksana.

2.8       Solusi untuk Green Computing

Menurut Vithoba, Nayak, dan More (2010, p52-53) dalam jurnalnya berjudul Solution for Green Computing, green computing memiliki beberapa solusi di dalam pemakaiannya, antara lain:

•         Energy Efficiency

Memaksimalkan pemakaian daya listrik sistem komputasi serta mengurangi penggunaan sistem selama puncak periode waktu.

•         Reducing Electronic Waste

Merupakan teknologi fisik pada komponen (keyboard, monitor, CPU, dll) yang tidak greenlagi dan sangat beracun. Beberapa bisnis dan pemerintah kini telah memberlakukan untuk mendaur ulang komponen elektronik dan produsen hardware yang sudah tidak bisa digunakan lagi atau sudah tidak dipakai lagi.

•         Employing thin clients

Sistem ini memanfaatkan hanya fungsi komputasi dasar dan kadang kadang hanya diskless(workstation atau komputer pribadi tanpa disk drive, yang mempekerjakan boot jaringan untuk memuat sistem operasi dari server), serta memanfaatkan sistem remoteuntuk melakukan kegiatan pengolahan utamanya.

Sejak jaman kuno sistem ini sudah dapat digunakan untuk melakukan fungsi tertentu, sehingga elektronik limbah dapat berkurang. Kini perangkat baru untuk klien sudah tersedia dan dirancang dengan daya rendah  konsumsi.

•         Telecommuting

Menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk memungkinkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya dari rumah untuk mengurangi transportasi emisi.

•         Remote Administration

Memungkinkan administrator dalam kemampuan membuat akses jarak jauh, monitor dan sistem perbaikan signifikan untuk mengurangi kebutuhan dalam perjalanan fisik ke kantor yang lokasinya jauh dari lokasi pelanggan. Dengan telecommuting, maka dapat mengurangi perjalanan serta tidak perlu adanya emisi karbon.

•         Green Power Generation

Banyak perusahaan memilih untuk menerapkan kebersihan, sumber energi terbarukan, seperti matahari dan angin, untuk sebagian atau seluruhnya dari kekuatan bisnis mereka.

•         Green Computing Practices

Dengan adanya pelatihan pada green computingmaka masyarakat dapat belajar bertanggung jawab terhadap lingkungan atau "green"komputasi dengan cara menghemat energi di dalam komputer. Iniberkaitan dengan penggunaan kertas, toner cartridge, pembuangan peralatan komputer yang sudah tua dan melakukan keputusan tepat ketika mempertimbangkan untuk membeli seperangkat komputer baru.

•         Reducing Paper Waste

Untuk membuat kantor tanpa kertas, maka penggunaannya harus dikurangi semaksimal mungkin. Komputer memiliki jauh dari penyebab yang meningkatkan produksi kertas dan sampah kertas lainnya, di bawah ini adalah beberapa saran untuk mengurangi limbah kertas:

Ø  Cetak (print)sedikit mungkin atau bila sangat dibutuhkan. Meninjau dan memodifikasi dokumen di layar untuk penggunaan printer.

Ø  Preview dokumen. Minimalkan jumlah hard copydan kertas draft yang dibuat.

Ø  Menyimpan informasi ke dalam disk, daripada mencetaknya (print).

     •      Recycle Waste Paper

§  Beli dan gunakan kertas daur ulang di printer dan mesin fotokopi. Dilihat dari sudut pandang lingkungan, kertas daur ulang yang terbaik adalah 100 persen pasca konsumen dari daur ulang konten.

§  Simpan e-mail bila memungkinkan sehingga dapat menghindari pencetakan e-mail.

§  Gunakan e-mail bukan faks atau mengirim faks secara langsung dari komputer untuk menghilangkan kebutuhan hard copy. Ketika harus menggunakan fax hard copy, maka dapat menghemat kertas dengan menggunakan "sticky"fax catatan alamat dan bukan sampul.

§  Pada dokumen yang lebih besar, gunakan ukuran font yang lebih kecil (konsisten dengan pembacaan) untuk menghemat kertas. Jika printer dapat mencetak halaman uji setiap kalidihidupkan, maka fitur yang tidak perlu harus dinonaktifkan.

§  Sebelum kertas print dibuang, sisihkan bagian yang kosong untuk digunakan sebagai kertas memo atau mencetak draft.

§  Ketika dokumen dicetak atau disalin, gunakan dua kali lipat sisi pencetakan dan penyalinan. Jika memungkinkan, gunakan beberapa halaman per lembar pilihan pada printer.

§  Ketika informasi umum jenis dokumen harus dibagi kepegawai kantor, cobalah membuat salinan individu untuk setiap orang. Ini juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu melalui e-mail.

•          Reusing and recycling

Adarsh College & lembaga di kota Hingoli menghasilkan banyak toner printer, cartridge tinta jet dan baterai yang tahan selama setahun. Daripada membuangnya, mereka dapat didaur ulang agar menghemat sumber daya dan mengurangi polusi dan limbah padat.




BAB 3

PEMBAHASAN


3.1       Konsep Green Computing
            Konsep Green Computing adalah mengurangi penggunaan bahan baku berbahaya, memaksimalkan efisiensi energi dalam masa hidup produk, dan mempromosikan pengolahan ulang dari limbah produk. Dalam konsep ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan konsep Green Computing seperti kendala – kendala dalam yang terjadi selama ini serta gambaran umum tujuan dari konsep Green Computing. Dan ini perlu diterapkan atau diimplementasikan guna untuk tujuan bersama dalam konsep Green Computing.

3.2       Tujuan Konsep Green Computing
            Dalam tujuan konsep Green Computing adalah mengurangi penggunaan bahan – bahan yang dapat membahayakan lingkungan, namun tetap mengefisiensikan penggunaan energinya. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam melakukan konsep Green Computing tersebut. Sehingga dengan demikan hal yang bisa dihasilkan dalam tujuan konsep Green Computing, seperti :

            -           Ramah lingkungan

            -           Menggunakan listrik secara bijak

            -           Penghematan energi yang dihasilkan

            -           Memperpanjang masa pakai suatu barang elektronik

            -           Mengurangi limbah elektronik yang dapat mempengaruhi lingkungan

3.3       Kendala – Kendala Green Computing

            Dalam melakukan konsep Green Computing tentu terdapat kendala – kendala yang dihadapi, seperti :

-           Kurangnya kesadaran akan manfaat dari pelaksanaan green computing di kehidupan sehari - hari

-                      Pemikiran yang sesaat tentang melakukan green computing karena malas dalam menerapkannya

-                      Lebih menyukai hal praktis, dan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan manajemens umber daya

-                      Membeli teknologi bukan berdasarkan kebutuhan tetapi mengikuti trend mode

3.4       Limbah Elektronik

            Pada jaman era globalisasi saat ini, dimana perkembangan teknologi juga meningkat membuat sekelompok orang maupun individu ingin memiliki teknologi terbaru dalam kehidupannya untuk mempermudah kegiatan keseharian ataupun untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Hal ini membuat produsen penghasil produk teknologi seperti PC, telepon seluler, televisi, radio, dll terus melakukan inovasi dan memproduksi produknya dalam jumlah besar-besaran untuk kemudian dijual kepada masyarakat.

Masyarakat yang konsumtif terutama di Indonesia sangat tertarik dengan produk terbaru terutama telepon seluler dan komputer, tidak ada yang salah sebenarnya dengan keinginan untuk memiliki produk yang terbaru dan memiliki fitur lengkap. Namun, kebanyakan individu biasanya membeli produk tidak sesuai kebutuhan dan hanya mengikuti tren pada masyarakat umum, tanpa memikirkan kerugian atau dampak yang ia peroleh dengan tindakan konsumtif tersebut. Hal yang paling sering ditemui saat ini adalah keinginan masyarakat untuk memiliki telepon seluler yang tebaru  setiap tahunnya padahal sebelumnya telah memiliki telepon seluler yang masih bagus dan masih layak, namun karena sifat konsumtif yang tinggi  telelpon seluler yang lama dibuang begitu saja.  Hal ini tentunya memberikan dampak pada lingkungan karena limbah elektronik yang disebabkan oleh masyarakat yang konsumtif tersebut.

Limbah elektronik di dunia saat ini sudah menjadi perhatian yang sangat serius terutama bagi negara-negara berkembang yang berada di Asia seperti di India. Limbah elektronik di India sudah menghawatirkan mengingat betapa terkenalnya india sebagai Negara dengan industri teknologi informasinya terutama komputernya paling maju.Salah satu penyebab menghawatirkannya limbah di India adalah  masalah e-waste yang muncul setelah tahun 1990, seusai fase liberalisasi ekonomi, pada tahun itu terjadi perubahan kebijakan ekonomi yang memicu pola konsumsi impor limbah berbahaya dan beracun ke india dan menaikkan volume limbah produk elektronika dari rumah tangga, perkantoran,industri, dan sector publik.

Banyaknya limbah elektronik yang terdapat di India ini membuat sekelompok orang menjadikan ini sebagai pekerjaan yaitu sebagai pekerja pendaur ulang sampah elektronik.Orang yang bekerja sebagai pekerja pendaur ulang sampah sangat beresiko mendapatkan penyakit-penyakit seperti kanker kulit, kanker paru, kecacatan, dan menurunnya kecerdasan , Dampaknya akan kecil apabila volumenya kecil, namun di India mengeluarkan 1650 ton limbah elektronik setiap tahunnya.

Kisah para pekerja pendaur ulang limbah ini telah didokumentasikan dan ditayangan dalam CMS Vatavaran Environment Film Festival yang di putar sebagai pendahuluan dari symposium tentang "Penglolaan Limbah Elektronik", Oktober 2006 di Bangalore,India. Umumnya masyarakat terutama pekerja pendaur ulang limbah elektronik ataupun orang-orang yang berada disekitar limbah elektronik tidak mengetahui kandungan berbahaya dalam limbah elektronik.

Dalam unit komputer (PC) terkandung banyak material yang berbahaya dan beracun, seperti timbale dan cadmium yang terdapat pada papan sirkuit, tabung monitor (cathode ray tubes/CRT), dan baterai komputer, merkuri pada sakelar dan monitor layar datar, polychlorinated biphenyls(PCB) pada kapasitor dan transformer, brom pada cetakan papan rangkaian elektronik dan plastic pebungkus, bahayanya pada kabel solar polyvinyl chloride (PVC) yang dibakar untuk diambil tembaganya akan mengeluarkan racun dioxin dan furan.

Limbah komputer menjadi berbahaya karena komponen komputer yang mengandung bahan kimia yang sangat beracun tersebut dapat berkotaminasi dengan tanah, air tanah, dan udara serta masuk pada tubuh pekerja yang menangani limbah ataupun komunitas yang tinggal disekitar lokasi pengolahan limbah. H.C. Sharat chandra, ketua Dewan Pengadilan Polusi Bangalore  mengatakan bahwa Limbah elektronik tidak hanya menyangkut kepentingan ekonomi, tetapi juga masalah sosial. Untuk itu, masalah limbah elektronik ini memiliki ruang sendiri dalam kebijakan pemerintahan pada suatu negara, karena sudah menyangkut masyarakat dan kesehatan lingkungan.

3.5       Melakukan Green Computing

Green Computing merupakan perilaku menggunakan sumber daya komputasi yang berhasil meminimalkan penggunaan energy sekaligus memaksimalkan efisiensi. Berdasarkan pengertian diatas green computing dapat dilakukan dengan melakukan penghematan energi, misalkan pada saat menggunakan PC dan laptop,

·         Melakukan upgrade RAM sebelum menentukan untuk mengganti komputer.

·         Mematikan computer pada malam hari atau pada saat tidak digunakan memilih turn off daripada screen saver

·         Memilih PC yang terdapat logo energy star.

·         Perlu memperhatikan penggunaan pilihan mode power seperti ( Sleep mode – menghemat 70% energi, Standby mode – menghemat 90% energi, Hibernate mode – menghemat 98% energi ).

·         Lakukan pengaturan pencahayaan pada monitor, Karena tingkat pencahayaan yang terlalu tinggi akan menguras konsumsi energi.

·         Beberapa perangkat yang terhubung dengan komputer, sebaiknya dilepas apabila tidak digunakan. Perangkat tersebut misalnya adalah kartu MMC, SD, USB flashdisk, modem eksternal, speaker, printer,  scanner, dll.

·         Lakukan proses charging sampai selesai( 100 % ). Karena proses charging yang tidak sempurna ( setengah-setengah ) akan menghabiskan lebih banyak energi.

·         Apabila sedang berpergian jauh, sebaiknya selalu bawa baterai tambahan.

Dalam hal penggunaan kertas dengan diterapkannya green computing penggunaan kertas menjadi lebih berkurang dan hal ini sangat membantu dalam bidang pendidikan dengan diadakannya sistem e-learning.Dalam bidang pemasaran atau marketing juga dapat meminimalisir penggunaan kertas dengan membuat sebuah blog untuk membangun branding image pribadi, marketing dan bisnis.

3.6       Cara - Cara Menangulangi Pembuangan Limbah Elektronik

            Saat ini perkembangan teknologi terlampau sangat cepat sehingga menyebabkan permintaan akan barang elektronik baru meningkat dengan pesat sesuai dengan teknologi baru yang lebih canggih dari barang – barang elektronik sebelumnya. Hal itu akan menyebabkan penumpukan barang – barang elektronik yang tidak terpakai dan peningkatan dalam penggunaan energi. Apabila di lihat dari sisi positifnya, pengetahuan akan teknologi baru semakin meningkat dan mungkin lebih membantu untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Akan tetapi, banyak orang yang menggunakan sumber daya energi secara berlebihan dam membuang limbah elektronik dengan sembarangan jika terjadi penumpukan sehingga dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan sekitarnya.


         

            Salah satu penanggulangan masalah yang akan timbul adalah dengan cara melakukan daur ulang. Dengan mendaur ulang barang – barang elektronik yang sudah tidak terpakai akan lebih efektif dan sangat berguna jika dibandingkan dengan membuangnya begitu saja. Berikut ini merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi barang – barang yang sudah tak terpakai :

          3.6.1       Menyimpan dan Menggunakan Barang Elektronik Tersebut



         Cara pertama ini merupakan cara yang paling mudah dalam melakukan daur ulang, yaitu dengan cara menyimpan barang – barang elektronik yang masih dapat berfungsi dengan baik. Jika suatu saat membutuhkan barang tersebut, tidak perlu lagi membelinya sehingga barang itu dapat di manfaatkan dengan baik dan benar. Hal ini dapat mengurangi sampah atau limbah yang dihasilkan oleh suatu barang elektronik. Dimana ini termaksud dalam tujuan dari Green Computing sebenarnya dengan melakukan penghematan dan memaksimalkan penggunaan barang elektronik dan memperkenalkan daur ulang barang – barang elektronik bekas sehingga sumber energi yang ada tidak perlu cepat habis digunakan. Dan dampak – dampak yang terjadi jika barang – barang elektronik tidak digunakan secara maksimal mungkin. Agar tujuan dari konsep Green Computing tersebut.

                        Dengan demikian, penggunaan barang – barang bekas elektronik dapat menjadi alternatif dalam kebutuhan suatu alat bantu sehingga dapat memaksimalkan suatu proses atau kegiatan.

3.6.2       Daur Ulang Sendiri




Mengubah limbah elektronik dengan menggunakan imajinasi dan kreativitas menjadi sebuah barang yang lebih berguna dan bermanfaat. Seperti contoh pada gambar diatas yaitu sebuah monitor yang di ubah menjadi sebuah akuarium. Sehingga hal ini dapat mengurangi limbah elektronik yang dihasilkan. Serta menjadi suatu fungsi baru yang bisa dihasilkan dengan cara mendaur ulang barang – barang elektronik menjadi suatu barang yang memiliki fungsi yang dapat berguna. Bahkan dengan cara mendaur ulang sendiri bisa menjadi peluang bisnis yang bisa dihasilkan dalam kerjanian tangan dan kreativitas mendaur ulang barang – barang elektronik bekas.

Banyak hal yang bisa dihasilkan  dalam mendaur ulang suatu barang – barang elektronik bekas. Hal yang dilakukan termaksud dalam pengimplementasian konsep Green Computing. Oleh karena itu menggunakan imajinasi dan kreatifitas dapat merubah sampah menjadi suatu barang yang berguna, bahkan bisa menjadi emas yaitu menjadi peluang bisnis yang besar.

3.6.3       Menjual Barang – Barang Elektronik Bekas

 


Dalam melakukan konsep Green Computing tentu banyak cara yang bisa dilakukan, bahkan secara tidak sengaja seseorang atau sekumpulan orang melakukannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam melakukan Green Computing yaitu dengan menjual barang -  barang elektronik bekas kepada seseorang atau kepada pihak lain. Dalam melakukan hal ini tentu ada hal yang bisa diperoleh dimana seseorang atau sekumpulan orang dapat mengurangi sampah atau limbah elektronik yang dihasilkan. Barang – barang elektronik terdapat komponen – komponen di dalam barang elekt      ronik bisa menjadi sampah atau limbah elektronik yang dihasilkan. Sehingga dapat menimbulkan samap atau limbah elektronik akibat suatu barang elektronik bekas, seperti aktifitas service dimana mengganti komponen yang rusak dengan komponen baru.

Dengan menjual barang – barang elektronik bekas kepada seseorang atau pihak lain tentu telah melakukan konsep metode Green Computing.

3.6.4    Memberikan Barang Elektronik Bekas



            Dengan cara memberikan barang – barang bekas elektronik, seperti memberikan komputer bekas kepada pihak tertentu tentu bisa menanggulangi limbah yang bisa dihasilkan. Tentu tujuan dari Green Computing yaitu mengurangi limbah yang dihasilkan suatu barang elektronik. Tentu dengan cara atau konsep ini tentu dapat mengurangi pembuangan barang elektronik yang dapat mempengaruhi lingkungan serta pencemaran sampah yang dihasilkan pada setiap komponen – komponen suatu barang – barang elektronik yang dibuang sembarang maupun terorganisir.

3.7       Penerapan Green Computing

            Dalam tujuan demi kepentingan menjaga lingkungan, maka banyak hal yang telah dilakukan dalam konsep Green Computing yang dihasilkan dan diproduksi. Contoh adalah Energy Star. Energy star adalah suatu stadart internasional untuk sebuah produk energi yang efisien. Tujuan dalam Energy Star  memiliki kesamaan dengan konsep Green Computing yaitu penghematan energi yang digunakan suatu produk. Jadi produk yang berlabelkan Energy Star adalah suatu produk yang memiliki kemampuan penghematan energi yang baik.



Contoh beberapa brand yang hemat energi dan menggunakan konsep Green Computing adalah Lenovo. Sejak Oktober 2011 lalu, Lenovo sudah meluncurkan lima komputer "All in One" untuk pasar Indonesia. Pihak Lenovo mengklaim, "All in One" PC besutan mereka tersebut hanya mengonsumsi daya 150 sampai 180 watt. Type dari “All in One” itu sendiri diantaranya edge 91z, edge 71z, B520, B320, dan C320.



BAB 4

PENUTUP


4.1       Simpulan

                 Dengan demikian diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran tentang Green Computing. Seperti hal mengenai definisi, dampak-dampak dalam konsep Green Computing, serta konsep mengenai Green Computing. Karena inti dari konsep Green Computing adalah merubah pola pemikiran agar menggunakan atau memilih barang elektronik dengan tetap memperdulikan lingkungan akibat penggunaan dan limbah yang dapat dihasilkan. Dan diharapkan tulisan ini dapat memberikan dampak positif bagi para pembaca agar dapat mengetahui hal tentang Green Computing yang dapat merubah seseorang atau sekumpulan orang pola hidup terhadap kepedulian lingkungan. Oleh karena itu, diharapkan dapat memberikan dampak positif dan meningkatkan kepedulian terhadapa lingkungan.

            4.2       Saran

                        Saran yang dapat diberikan terhadap konsep Green Computing adalah :

              1. Segera menerapkan Green Computing agar dapat memberikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dihasilkan.

             2. Merubah pola hidup dengan merubah penggunaan komputer sesuai dengan kebutuhan, agar dapat meminimalkan penggunaan energi yang dihasilkan.

             3. Mengurangi keperluan konsumtif terhadap produk-produk elektronik yang dapat mempengaruhi lingkungan akibat limbah elektronik yang dihasilkan.