UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Sistem Informasi
School of Information Systems
Laporan Karya Ilmiah Topik – Topik Lanjutan
Semester Genap 2013/2014
MANAGING DISASTER IN BINA NUSANTARA UNIVERSITY
Cici Permata Belisa 1501193170
Herawati Hardi 1501189791
Tri Ako Nugroho 1501192382
David Ricardo 1501191726
Kelas : 06 PJM /Kelompok 1
Abstrak
Management Disaster atau manajemen bencana adalah serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana. Metode ini merupakan suatu usaha untuk meminimalisir kerugian akibat terjadinya bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial yang terjadi pada lingkungan Universitas Bina Nusantara. Paper ini berfokus pada bagaimana cara melakukan management disaster, dan contoh penerapannya pada Universitas Bina Nusantara.
Kata Kunci :
Management Disaster, Bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat teknologi yang berkembang saat ini sangat penting bagi perusahaan kecil maupun perusahaan besar untuk mengerti pentingnya management disaster atau manajemen bencana, dimana bencana merupakan kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar. Bahayanya sebuah bencana adalah disaat keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana tersebut, sehingga yang seharusnya sumber daya manusianya dapat meminimalisir resiko atau akibat dari bencana tersebut tidak dapat dilakukan.
Menurut University of Wisconsin manajemen bencana sebagai (“the range of activities designed to maintain control over disaster and emergency situation and to provide a framework for helping at-risk persons to avoid or recover from the impact of disaster. Disaster management deals with situation that occurs prior to, during, and after the disaster”) serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana.
Pentingnya management disaster bertujuan untuk menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui tindakan dini (sebelum bencana terjadi),meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana,untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana,untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.
Melakukan manajemen bencana diperlukan berbagai analisis seperti Analisis Resiko dari Segi Teknis, dan Analisis Risiko Dari Segi Lokasi, sehingga diperlukan perencanaan akan alternatif tindakan pada saat bencana datang.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang di ambil dari pembahasan dalam paper “Management Disaster” ini memiliki batasan pada :
1.2.1 Pengertian Tentang Bencana, Bahaya, Risiko dan Keretanan
ManajemenBencana atau Disaster Managemen tAnalisis Resiko dari Segi TeknisSistem Informasi Pada Universitas BINUS Analisis Resiko Konsep pengertian tentang management disaster.
1.2.2 Pengertian Tentang Manajemen Bencana atau Disaster Management dan bagaimana melakukan Manajemen Bencana .
1.2.3 Bagaimana melakukan Analisis Resiko, Analisis Resiko dari Segi Teknis, dan Analisis Risiko Dari Segi Lokasi
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tujuan dari pembuatan paper ini, antara lain:
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya management disaater dalam pada suatu organisasi atau perusahaan.
2. Dapat menerapkan dengan baik bagaimana management disaster melalui analisis yang dilakukan sebelumnya
Manfaat yang didapat dari pembahasan yang ada di dalam paper ini, antara lain:
1. Mengetahui hal – hal apa saja yang perlu diterapkan dan dihindari saat dan sebelum terjadi bencana alam atau bencana non alam, atau bencana sosial.
2. Menyadari betapa pentingnya management disaster .
1.4 Metodologi Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam paper “Management Disaster” ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.4.1 Studi Kepustakaan
Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi - informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan paper ini, guna memperoleh referensi untuk landasan teori penulisan paper.
1.4.2 Studi Jurnal
Pada metode ini dilakukan penelitian untuk mencari data-data yaitu dengan mengumpulkan informasi-informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik penulisan melalui jurnal yang di temukan di website-website dan berita-berita terkait.
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1 BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini adalah penjelasan tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat dari karya tulis, metode penelitian yang digunakan penulis dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran dari karya tulis ini.
1.5.2 BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini adalah penjelasan mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan Management Disaster.
1.5.3 BAB 3: PEMBAHASAN
Pada bab ini merupakan penjelasan dari Management Disaster, Bagaimana cara melakukan Management Disaster, dan Contoh penerapannya pada universitas Bina Nusantara.
1.5.4 BAB 4: PENUTUP
Pada bab ini memberikan simpulan dari karya tulis serta saran – saran yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan di masa yang akan datang.
BAB 2
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bencana
Menurut Bakornas PB (2007), bencana terjadi jika ada ancaman yang muncul dengan kondisi kerentanan yang ada secara sederhana hubungan ancaman dan kerentanan dapat digambarkan sebagai berikut.
Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, kerusakan lingkungan, dan menimbulkan dampak suatu kondisi yang ditentukan oleh psikologis. Kerentanan adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan sosial budaya dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana (Bakornas PB, 2007).
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Kerugian yang terjadi dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian yang disebabkan karena ketidakberdayaan manusia akibat kurang
baiknya manajemen keadaan darurat. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia (Tohari, 2008).
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/ kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/ luas jika manusia yang berada di sana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup akan meminimalisir dampak yang di timbulkan akibat bencana (Hilman, 2007).
2.2 Pengertian Management Disaster
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut
Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.
2.3 Tujuan Management Disaster
Berikut adalah beberapa tujuan dilakukannya manajemen bencana yaitu :
Menghindari kerugian pada individu masyarakat , dan negara melalui tindakan dini.
Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan negara berupa kerugian yang berkaitandengan orang, fisik, ekonomi dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana.
Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami.
Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai resiko
Memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana
Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup
Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban
Mengembalikan fungsi, fasilitas umum seperti komunikasi atau transportasi, air minum, listrik dan telepon termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan social daerah yang terkena bencana
Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
2.4 Kegiatan - Kegiatan Manajemen Bencana
2.4.1 Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
- Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
- Melarang penambangan batu di daerah yang curam
- Melarang membuang sampah sembarangan
2.4.2 Mitigasi Bencana (Mitigation)
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi :
• Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.)
• Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
2.4.3 Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
2.4.4 Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
• Menjangkau masyarakat (accesible)
• Segera (immediate)
• Tegas tidak membingungkan (coherent)
• Bersifat resmi (official)
2.4.5 Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian
2.4.6 Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa :
1. Pangan
2. Sandang
3. Tempat tinggal sementara
4. kesehatan, sanitasi dan air bersih
5.
2.4.7 Pemulihan (recovery)
• Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.
• Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).
2.4.8 Rehabilitasi (rehabilitation)
Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
2.4.9 Rekonstruksi (reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
2.5 Mekanisme Manajemen Bencana
1. Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam manajemen bencana dan kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya) serta masyarakat lokal.
2. Mekanisme eksternal atau formal, yaitu organisasi yang sengaja dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk Indonesia adalah BAKORNAS PB, SATKORLAK PB dan SATLAK PB.
Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail. Setiap tahapan itu adalah sebagai berikut:
1. Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut.
2. Analisis Kerawanan dan Kajian Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk Assessment): ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. Matriks atas variabel ini patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu variabel atau paduan beberapa variabel terjadi.
3. Sosialisasi dan Kesiapan Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.
4. Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan darurat. Persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan saya, misalnya, dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang Taruna berkeliling meneriakkan “3M”.
5. Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah “batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil, jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.
6. Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung, tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir, penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain logistik dan perahu karet jika diperlukan.
7. Komunikasi: faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan dengan sistem telepon satelit (lihat www.psn.co.id untuk alat komunikasi langsung ke satelit), agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah provinsi.
8. Penanganan Darurat: jika ada anggota masyarakat yang memerlukan perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.
9. Keberlangsungan Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai, upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat dengan selalu berkoordinasi di lapangan.
10. Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama. Jika peristiwa Tsunami Aceh memakan korban jiwa dan harta yang sangat besar, merancang perbaikan harus dilakukan secara seksama mengingat biaya yang besar yang dikumpulkan dari masyarakat, bahkan masyarakat internasional. Jika peristiwa banjir yang tiap tahun melanda pinggiran Kali Ciliwung, tentunya lebih baik dilakukan tindakan antisipatif yang lebih komprehensif dalam kerangka perbaikan di masa mendatang.
11. Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan hasil terbaik untuk mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap daerah harus memiliki petugas-petugas yang cakap dan berpengetahuan. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.
12. Simulasi: setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi hingga menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban daerah ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.
BAB 3
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Tentang Bencana, Bahaya, Risiko dan Keretanan
◙ Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar. Disaster terdiri dari 2(dua) komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;
◙ Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Misal : tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api, kebakaran dll;
◙ Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;
◙ Risiko ( Kerentanan ) adalah kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau vulnerability.
◙ Bencana = Bahaya x Kerentanan
3.2 Manajemen Bencana atau Disaster Management
University of Wisconsin mendefinisikan manajemen bencana sebagai “the range of activities designed to maintain control over disaster and emergency situation and to provide a framework for helping at-risk persons to avoid or recover from the impact of disaster. Disaster management deals with situation that occurs prior to, during, and after the disaster. (serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana).
Universitas British Columbia merumuskan definisi bencana (disaster) dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, bencana dipertentangakan dengan darurat (emergency). Bencana tidak sama dengan emergensi. Istilah emergensi biasanya dikaitkan dengan bencana mini, seperti kebakaran, robohnya sebuah rumah, dan sejenisnya. Sedangkan bencana dikaitkan dengan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon, dan dampaknya bisa sampai beberapa generasi.
Kedua, bencana dikaitkan dengan kemampuan mereka yang mengalami bencana untuk mengatasinya. Sesuatu disebut bencana bila yang mengalami masalah atau masyarakat lokal tidak mampu menanganinya. Oleh karena itu, perlu keterlibatan masyarakat secara regional atau nasional, bahkan internasional.
Ketiga, bencana berkaitan dengan isu yang luas, bukan saja masalah ekonomi, tetapi masalah sosial, ekologi, bahkan merambah ke wilayah politik. Ketidakmampuan menangani bencana bisa berakibat fatal terhadap kepercayaan masyarakat kepada penguasa.
Dengan demikian, Universitas British Columbia mendefiniskan manajemen bencana (disaster) sebagai “process of forming common objectives and common value in order to encourage participants to plan for and deal with potential and actual disaster” ( proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun aktual).
Tujuan Manajemen Bencana
Pada prinsipnya, manajemen dilakukan sejak sebelum bencana terjadi, bukan pada saat dan setelah bencana menimpa. Tujuan manajemen bencana yang baik adalah:
1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui tindakan dini (sebelum bencana terjadi).
Tindakan ini termasuk pencegahan. Tindakan ini efektif sebelum bencana itu terjadi. Dalam kaitan bencana gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, atau tsunami di Aceh, tindakan ini sudah terlambat. Tetapi tindakan ini masih tetap efektif untuk mengantisipasi bencana yang bisa terjadi di kemudian hari, termasuk bencana yang mungkin lebih besar akibat ulah Gunung Merapi.
Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya. Pertama, penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa dilakukan. Tetapi hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukan.
Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik, misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh manusia. Belum ada satu teknologi yang mampu menghambat pergeseran lempeng bumi, atau mengatur pergeseran supaya bergerak pelan-pelan dan tidak menimbulkan getaran hebat.
Oleh karena itu, tindakan penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi, yang dapat mewujudkan bencana. Contoh “kondisi” yang dimaksud adalah struktur bangunan. Kondisi bangunan yang baik bisa meminimalisasi atau menghilangkan risiko bencana.
Struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa menyebabkan bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga kerugian manusia, fisik, ekonomi, dan lingkungan bisa dihindari.
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi.Tindakan meminimalisasi kerugian akan efektif bila bencana itu telah terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah dilakukan jauh sebelum bencana itu sendiri terjadi. Contoh, bencana alam dengan cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan meninggal. Maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai ke tingkat kecamatanan.
Di Inggris, pemadam kebakaran disebar hingga ke tingkat distrik dan kota (setara dengan kabupaten) dengan koordinasi di tingkat county (setara dengan propinsi). Bila terjadi bencana kebakaran di satu lokasi, pemadam kebakaran di berbagai daerah bisa dengan cepat dikerahkan sehingga kerugian bisa diminimalisasi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana.
Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya bisa bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk dalam kategori ini.
Tindakan yang juga termasuk kategori ini adalah pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang terkena bencana. Tujuannya adalah untuk mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri. Dengan sikap yang positif tersebut, pemulihan individu dan masyarakat akan menjadi semakin cepat karena korban secara aktif membangkitkan diri sendiri.
4. Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana.
Perbaikan kondisi terutama diarahkan pada perbaikan infrastruktur seperti jalan, listirk, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya. Dalam kasus Yoygakarta, jalan merupakan salah satu infrastruktur yang perlu mendapat perhatian sekalipun (tampaknya) tidak terlalu parah. Selain itu, berbagai fasilitas masyarakat seperti pasar, terminal, dan sejenisnya juga termasuk dalam tindakan ini untuk membuat perputaran ekonomi masyarakat kembali bergulir.
5. Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.
Perbaikan infrastruktur tidaklah cukup. Itu hanya mengembalikan ke kondisi semula sehingga aktivitas ekonomi dan sosial berjalan sebagaimana layaknya sebuah wilayah. Daerah yang terkena bencana menjadi jauh tertinggal dibanding daerah lain.
Kabupaten Bantul, misalnya, telah kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan ekonominya. Itu menyebabkan pertumbuhan ekonominya akan lambat. Apa yang perlu dilakukan adalah penerapan berbagai kebijakan, termasuk kebijakan fiskal, supaya orang tertarik untuk mengembangkan wilayah tersebut.
Seperti yang dilakukan pemerintah Jerman Bersatu pada saat baru menggabungkan diri antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Salah satu bentuk tindakan yang dilakukan pemerintah pada saat itu adalah memberi insentif pajak bagi perusahaan yang bersedia menanamkan laba bersih mereka di wilayah Jerman Timur.
Gambar 1. What is Disaster Management
3.3 Sistem Informasi Pada Universitas BINUS
Unversitas Binus (Bina Nusantara) dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, membagi tanggung jawab ke dalam badan kerja-badan kerja. Masing-masing badan kerja tersebut memiliki sistem informasi untuk membantu mereka dalam melakukan fungsinya. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing, unit kerja tersebut seringkali membutuhkan data atau informasi yang dimiliki oleh unit kerja lainnya. Karena itu,pertukaran data antar sistem informasi badan kerja tidak dapat dihindari. Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara adalah sebuah sistem informasi yang dirancang dengan tujuan utama untuk memfasilitasi kebutuhan data antar badan kerja di Univ. Binus.
3.4 Analisis Resiko
Analisis resiko yang diperoleh bertujuan untuk menentukan apa saja bencana yang memungkinkan dialami pada setiap proses Sistem Informasi pada Univ. Binus. Dan seberapa besar kemungkinan kerusakan yang dapat ditimbulkan karena bencana. Langkah analisis ini penting untuk memberikan gambaran tingkat kebutuhan Sistem Informasi pada Univ. Binus akan Disaster Management.
Dalam analisis resiko dilakukan dengan memfokuskan pada sistem dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan analisis resikoyang meyeluruh. Sudut pandan gyang menjadi perhatian adalah sudut pandang mengenai pandang teknis, lokasi dan sosial.
3.4.1 Analisis Resiko dari Segi Teknis
Sistem Informasi Univ. Binus merupakan sistem informasi yang melibatkan berbagai macam sistem informasi pada Univ. Binus. Sistem Informasi ini dihubungkan dengan menggunakan arsitektur client/server berbasis web. Web Service akan terkoneksi dengan basis data masing-masing sistem informasi melalui jaringan internet Univ. Binus. Jaringan internet yang sama juga menghubungkan antar muka sistem informasi tersebut dengan pengguna, karena itu ketersediaan jaringan internet pada Univ.Binus adalah mutlak untuk proses bisnis pada Univ.Binus. Analisis resiko dari segi teknis akan berdasar pada hal-hal teknis apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada perangkat keras, perangkat lunak, dan data yang terlibat dalam arsitektur tersebut.
3.4.1.1 Kerusakan Perangkat Keras
3.4.1.1.1 Kerusakan Alat
Jaringan internet Univ.Binus, seperti jaringan intranet pada umumnya, memilikikomponen-komponen seperti server, router, switch, gateway, dan lainnya. Agar jaringan dapat berjalan dengan baik, keseluruhan komponen tersebut harus dalam keadaan bekerja. Jika satu atau lebih komponen tersebut tidak tersedia, misalnya karena rusak, kinerja jaringan akan terpengaruh secara langsung. Untuk menghindari kelumpuhan jaringan karena hal semacam ini, umumnya jaringan memiliki lebih dari satu buah untuk masing-masing komponen tersebut. Kerusakan alat adalah salah satu gangguan teknis yang paling umum terjadi, karena itu hal ini perlu untuk diperhatikan. Waktu kelumpuhan dapat ditekan jika saat terjadi gangguan, sudah dimiliki nomor atau alamat kontak personel yang dapat memperbaikinya, supplier yang dapat menyediakan alat yang sesuai dengan cepat dan terjamin ketersediaannya, dan lain sebagainya yang termasuk dalamDisaster Management.
3.4.1.1.2 Ketiadaan Daya
Bagaimanapun juga, kelumpuhan tidak dapat dihindari dalam beberapa kasus.Ketiadaan daya misalnya, akan melumpuhkan jaringan secara total. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan Univ.Binustidak dapat menjalankan fungsinya. Ketiadaan daya dapat diakibtkan oleh berbagai macam hal, namun yang paling umum terjadi pemadaman listrik dari pihak PLN.
3.4.1.1.3 Kerusakan Perangkat Lunak dan Data
Perangkat lunak di sini mengacu pada masing-masing sistem informasi yang menyusun Unversitas Binus . Termasuk di dalamnya tampilan antar muka, modul-modul pengolah data, dan modul-modul koneksi. Tidak seperti perangkat keras yang dapat diperbaiki ataupun digantikan dengan perangkat yang baru dengan cepat jika rusak, perangkat lunak memiliki proses perbaikan dan instalasi yang cukup memakan waktu dan relatif lebih rumit.
Kerusakan perangkat lunak sangat mungkin terjadi, misalnya saat dilakukan upgrade dari satu versi ke versi yang lebih baru, umumnya dengan tujuan menyesuaikan sistem informasi dengan perubahan yang terjadi di dunia nyata, meningkatkan performa, mengganti tampilan dengan yang lebih baik, dan lain sebagainya. Instalasi perangkat lunak baru, baik seluruhnya maupun modular, tidak akan pernah lepas dari proses debug dan penyesuaiaan dengan modul-modul lain.
Walaupun umumnya perbaikan tidak dilakukan langsung pada server, melainkan pada repository sementara dulu, dan baru kemudian dipindahkan ke server setelah melalui serangkaian tes, namun tetap tidak menutup kemungkinan terdapat bug yang baru ditemukan kemudian. Pada fase inilah, perangkat lunak menjadi rentan akan kesalahan operasi. Kesalahan pada perangkat lunak juga dapat mempengaruhi data yang tersimpan, dan mengakibatkan kerusakan data.
3.4.1.4 Faktor Manusia
Selain hal-hal yang telah dijabarkan di atas, masih terdapat faktor kesalahanmanusia yang dapat mengganggu operasional Univ. Binus. Misalnya kesalahan pada saat melakukan konfigurasi server, tidak sengaja merestart router, dan hal-hal lain yang mungkin tidak diperhitungkan sebelumnya. Demikian juga dengan faktor keamanan jaringan. Selalu terdapat kemungkinan akan adanya serangan dari luar, seperti defacing, manipulasi (menghapus, menambahkan, maupun mengubah) data, pengalihan rute jaringan, dan berbagai macam jenis serangan lainnya. Tidak hanya serangan melalui jaringan, serangan langsung sepeti pencurian ataupun perusakan alat juga bukan hal yang baru lagi. Karena itu, faktor manusia layak diperhitungkan sebagai potensi gangguan.
Dengan ancaman-ancaman yang telah disebutkan di atas, adalah tidak mungkin untuk mengatakan Univ. Binus memiliki reliabilitas 100% ditinjau dari segi teknis.
3.4.2 Analisis Risiko Dari Segi Lokasi
Server dan basis data Sistem Informasi Univ. Binus terletak di berbagai lokasi. Dan lokasi Univ. Binus yang berdekatan karena terletak dalam satu kawasan daerah. Oleh Karena itu, yang menjadi perhatian dalam segi lokasi yang saling berdekatan.
3.4.2.1 Bencana Banjir
Univ. Binus berada di kota Jakarta yang secara prediksiakan mengalami bencana banjir dalam setiap periode. Banjir misalnya, karena lokasi yangrelatif cukup tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, Univ. Binus hampir tidakmungkin mengalami bencana banjir yang membahayakan. Namun kemungkinanterjadinya banjir tetap ada, walaupun mungkin bukan merupakan banjir besar. Asumsiini didasarkan pada sering terjadinya banjir yang dialami setiap tahunnya di kota Jakarta.
Jalan raya dengancepat tergenang dan mengalir ke bawah dengan deras, umumnya disebabkan karenameluapnya saluran air sepanjang jalan raya tersebut. Sifat bencana banjir yang cukupmerusak, baik data maupun fisik, dan tidak dapat ditanggulangi dengan cepat jika sudah terjadi, merupakan alasan mengapa bencana banjir akan diperhitungkan dalam pembuatanDisaster Managementini.
Gambar 2. Jakarta Mengalami Kebanjiran
3.4.2.2 Bencana Gempa
Untuk Kasus gempa, kota Jakarta memiliki lokasi yang jarang mengalami bencana gempa. Namun menurut Riset Bidang Geologi Struktur LIPI Prof. Dr. Suparkah, terdapat patahan lempeng yang memanjang dari Ciputat, Banten hingga Kota, Jakarta Pusat. Ini berarti tidak menutup kemungkinan daerah Univ. Binus bisa mengalami situasi bencan gempa tektonik. Oleh karena itu, faktor – faktor tersebutlah yang menjadi pertimbangan dalam membangun Disaster Management. Bencana gempa akan turut disertakan sebagai salah satu ancaman potensial terhadap Univ. Binus.
3.4.2.3 Bencana Kebakaran
Bencana kebakaran merupakan salah satu yang dianggap paling merusak. Jikaterjadi kebakaran, tidak hanya terdapat kemungkinan kerusakan alat dan jaringanmelainkan juga kehilangan data. Kebakaran dapat terjadi hampir dimana saja, ruanganserver yang dipadati dengan kabel dan peralatan elektronik tentunya tidak akan luputdari kemungkinan terjadinya kebakaran.
Gambar 3. Binus Mengalami Bencana Kebakaran
3.3.2.4 Kerusakan Gedung
Hampir seluruh perangkat pendukung Univ. Binus diletakkan di dalam ruangan, karena itu, faktor kerusakan gedung juga harus diperhitungkan sebagai salah satupotensi bencana. Hal-hal seperti kebocoran pada ruang server atau mungkin gedungroboh dapat mengancam kesinambungan kerja Univ. Binus. Terutama jika mengingatkebanyakan bangunan di Univ. Binus merupakan bangunan yang cukup berumur ditinjau darisegi konstruksi.
3.3.3 Analisis Risiko dari Segi Sosial
Univ. Binus merupakan sebuah institusi pendidikan yang terdiri dari berbagai elemendalam lingkungan sosialnya, seperti mahasiswa, dosen pengajar, pegawai, ektorat,dan masyarakat sekitar. Elemen-elemen ini saling terkait dan saling membutuhkandalam menjalankan fungsinya dan mencapai tujuannya masing-masing. Karena itu, Univ. Binus memiliki sistem untuk mengatur bagaimana setiap elemen tersebut berinteraksi. Namun sebaik apapun suatu sistem dirancang, bukan berarti dalam penerapannyaakan selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Sekecil apapun, selalu terdapatkemungkinan terjadi sesuatu yang mengganggu berjalannya sistem tersebut.
Dalam kasus sistem sosial Univ. Binus sebagai lingkungan kampus juga terdapatkemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat berpotensi sebagai ancaman atas berjalannya Univ. Binus. Misalnya unjuk rasa mahasiswa, pemogokan pegawai, danaksi protes masyarakat. Hal-hal tersebut dapat mengganggu berjalannya Univ. Binus baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan secara langsung yang dapat terjadi misalnya seperti aksi perusakansarana dan peralatan pendukungUniv. Binus, sedangkan gangguan secara tidaklangsung misalnya adalah pemogokan administrator atau tenaga kerja lain yang terkait Univ. Binus. Gangguan dari segi lingkungan sosial seperti itu juga dapat menimbulkan ancaman yang sama.
3.4 Analisis dari Tingkat Kebutuhan
Setelah memahami betul ancaman-ancaman apa saja yang mungkin terjadi danmemiliki potensi untuk mengganggu Univ. Binus, akan dilakukan analisis untukmengetahui tingkat kebutuhan Univ. BInus terhadap sebuah Disaster Management.Hal ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan tingkat ketergantungan Univ. Binus dari waktu ke waktu.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, Disaster Management bertujuan untuk meminimalisir dampak gangguan yang terjadi terhadapkesinambungan berjalannya sebuah badan bisnis. Jika Univ. Binus dipandang sebagai sebuahbadan organisasi, dapat dikatakan bahwa tujuan utama Univ. Binus adalah menjalankan proses edukasi, kegiatan-kegiatan non akademis yang dilakukan oleh Univ. Binusseluruhnyaadalah sebagai penunjang berjalannya kegiatan akademis Univ. Binus. Dalam sub bab iniakan ditinjau sejauh apa Univ. Binusberperan dalam mendukung dan menjalankankegiatan-kegiatan akademik dan kegiatan-kegiatan penunjangnya.
Kegiatan akademis yang dilakukan Univ. Binusdapat dikatakan berpola serupa tiaptahunnya, namun jika dilihat lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem informasiyang mendukung dengan kegiatan-kegiatan tersebut, akan terdapat beberapa intervalwaktu berbeda sesuai dengan sistem informasi apa yang menjadi prioritas up and running.
3.5 Hasil Analisis
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak ancaman yang dapat berubah menjadi gangguan bagi Univ. Binus. Selain itu, dapat diketahui bahwa Univ. Binus memiliki tingkat ketergantungan yang cukup besar terhadap waktu-waktu tertentu. dengan berbagai macam ancaman yang dapatberubah menjadi gangguan kapan saja. Mempertimbangkan dua hal di atas,disimpulkan bahwa Univ. Binusmembutuhkan sebuah Disaster ManagementuntukUniv. Binus. Dengan Disaster Management yang baik, jika suatu gangguan bencana terjadi, Univ. Binus dapat kembali beroperasi secepat mungkin sehingga Univ. Binus hanya akanmengalami kehilangan/ kerugian minimal.
Berikut ini adalah beberapa kebutuhan yang ingin dipenuhi dengan Disaster
Management yang akan dibangun:
1. Disaster Management akan menangani paling tidak ancaman-ancaman
bencana yang sudah dijabarkan pada analisis resiko.
2. Disaster Managementyang cost effective, sedapat mungkin
menggunakan apa yang sudah dimiliki oleh Univ. Binus (untuk tempat, teknologi,
tenaga manusia, dan aset lain yang mungkin dibutuhkan).
3. Disaster Managementyang akan dibangun harus didokumentasikan
dengan baik dan mudah dipahami.
Disaster Management harus mudah diperbaharui/ disesuaikan jika terjadi
perubahan pada Univ. Binus.
Gambar 4. Bencana Gempa Bumi
Gambar 5. Bencana Kebakaran
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan mengenai disaster management dan kondisi yang ada pada universitas Bina Nusantara yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa universitas Bina Nusantara sangat perlu untuk menerapkan disaster management karena aktivitas pada universitas tersebut sangat rentan lumpuh apabila terjadi bencana - bencana yang kemungkinan besar akan muncul. Didalam disaster management, dengan sebuah rencana (plan) yang ditujukan untuk menekan kerugian yang dihasilkan dari terjadinya bencana dan juga dapat menanggulangi / mengatasi permasalahan yang biasa disebut dengan disaster recovery plan atau business continued, universitas Bina Nusantara dapat mencegah kemungkinan – kemungkinan terburuk yang akan terjadi di masa yang akan dating.
4.2 Saran
Terdapat beberapa saran untuk Universitas Bina Nusantara yang dapat di lakukan agar dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, yaitu :
- Universitas Bina Nusantara harus membangun sebuah disaster management yang baik karena letak antar gedung Universitasnya saling berdekatan, sehingga apabila terjadi bencana besarnya kerugian dapat diminimalisir
- Membuat sebuah disaster recovery plan di Universitas Bina Nusantara yang selalu sigap untuk menormalisasi aktivitas di Universitas tersebut jika terjadi bencana
- Menempatkan ruangan-ruangan tertentu seperti ruang server dan pusat data di tempat yang aman dan jauh dari tempat yang beresiko tinggi terkena bencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar